kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

China menambah obligasi AS


Rabu, 18 Desember 2013 / 09:00 WIB
China menambah obligasi AS
ILUSTRASI. Promo Tokopedia Buat Liburan dengan Cashback s.d Rp500.000 Pakai Gopay & Gopaylater


Sumber: Bloomberg | Editor: Dessy Rosalina

WASHINGTON. China seakan tak gentar terhadap ancaman pengetatan stimulus oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Tengok saja, sepanjang bulan Oktober kemarin, Negeri Tembok Raksasa getol menambah kepemilikan saham di obligasi AS.

Entah apa rencana China, yang pasti, sepanjang bulan Oktober 2013, China membeli surat utang AS sebesar
US$ 10,7 miliar. Jumlah itu meningkat 0,8% dibandingkan bulan sebelumnya.

Total jeneral, China kini memiliki obligasi AS sebesar US$ 1,3 triliun. Mengutip data The Fed, China masih menyandang predikat debitur AS terbesar. Kepemilikan China di obligasi AS seakan tidak terganggu oleh niat The Fed. Pasalnya, harta China dalam bentuk obligasi AS hampir menyentuh rekor tertinggi pada Juli 2011 lalu. 

Kala itu, China memboyong obligasi AS mencapai US$ 1,31 triliun. Selera investor asing terhadap obligasi AS juga seirama dengan China. Pada akhir Oktober, investor asing membeli obligasi AS sebesar US$ 600 juta. Angka ini naik 0,01% menjadi US$ 5,65 triliun.

Pekan ini bisa menjadi jawaban aksi China. Selama dua hari, 17 Desember -18 Desember, The Fed bakal mengetuk palu soal kebijakan stimulus. Pelaku pasar meramal, The Fed bakal sekali lagi menunda pengurangan stimulus. Coba tengok survei terbaru Bloomberg. Sebagian besar atau 66% ekonom yang disurvei menyatakan, bank sentral AS itu akan membatalkan niatan mengurangi stimulus hingga tahun depan. 

Alat intervensi

Menumpuknya cadangan devisa China menjadi salah satu faktor pemicu. Di akhir kuartal III 2013 lalu, cadangan devisa China bertambah US$ 166 miliar menjadi US$ 3,66 triliun.

Ini adalah rekor cadangan devisa tertinggi sepanjang sejarah. “Ini menjadi alat China mengintervensi nilai tukar andaikan The Fed menunda," ujar John Briggs, Analis RBS Securities, mengutip Bloomberg, Selasa (17/12).

Prediksi Briggs, jika The Fed menunda pengetatan stimulus, investor bakal membanjiri negara berkembang dengan hot money. Tiongkok menjadi salah satu tujuan hot money.

Sementara, Hong Kong mengekor aksi China. Hong Kong menambah kepemilikan di obligasi AS sebesar 7,8% atau US$ 9,8 miliar. Total, Hong Kong membenamkan investasi sebesar US$ 136,3 miliar di obligasi AS pada akhir Oktober lalu.

Sedikit berbeda, Jepang sebagai debitur utang AS terbesar kedua, mengurangi porsi sebesar 0,3% menjadi US$ 1,17 triliun pada Oktober 2013.

Selera Luksemburg pada obligasi AS juga menyusut. Luksemburg menjual US$ 7,8 miliar atau 5,5% dari total kepemilikan. Luksemburg mendekap obligasi AS US$ 133,3 miliar atau turun 14% dibandingkan akhir tahun 2012.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×