Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/BEIJING. Amerika Serikat (AS) dan China menghadapi jalan buntu perundingan perdagangan pada hari Minggu ketika Washington menuntut janji perubahan konkret terhadap hukum Tiongkok dan Beijing mengatakan tidak akan menelan 'buah pahit' yang merugikan kepentingannya.
Mengutip Reuters, Senin (13/5), perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut meningkat pada hari Jumat, ketika Amerika Serikat menaikkan tarif barang-barang China senilai US$ 200 miliar.
Hal ini terjadi setelah Presiden Donald Trump mengatakan Beijing melanggar kesepakatan dengan mengingkari komitmen sebelumnya yang dibuat selama negosiasi.
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa China perlu menyetujui ketentuan penegakan hukum sangat kuat untuk kesepakatan akhirnya dan mengatakan bahwa yang menjadi titik balik adalah keengganan Beijing untuk melakukan perubahan hukum yang telah disepakati.
Kudlow mengatakan tarif ASakan tetap berlaku sementara negosiasi berlanjut.
Beijing tetap menantang
“Tiongkok tidak akan pernah kehilangan rasa hormat negara itu, dan tidak seorang pun akan mengharapkan Cina menelan buah pahit yang membahayakan kepentingan intinya,” People's Daily, sebuah surat kabar yang dikendalikan oleh Partai Komunis China yang berkuasa, mengatakan dalam sebuah komentar pada hari Senin.
Beijing menyatakan pihaknya terbuka untuk pembicaraan tetapi tidak akan menyerah pada masalah-masalah penting menyangkut prinsip.
Tabloid nasionalis China Times Global menuliskan dalam sebuah editorial pada hari Senin bahwa negara itu tidak punya alasan untuk takut perang dagang. "Persepsi bahwa China tidak tahan adalah fantasi dan salah penilaian," kata komentar itu.
"Jika mereka tidak terprovokasi serius, orang-orang China tidak akan menyukai perang dagang. Namun, begitu negara itu dipaksa secara strategis, tidak ada yang tak tertahankan bagi Tiongkok untuk menjaga kedaulatan dan martabatnya serta hak-hak pembangunan jangka panjang rakyat Tiongkok"tulis editorial tersebut.
Pada hari Minggu, Trump berusaha menggambarkan Amerika Serikat dalam posisi menguntungkan. "Kami berada tepat di tempat yang kami inginkan bersama China," tulis Trump di Twitter, dengan mengatakan pembeli barang-barang China dapat membeli dari produsen dalam negeri atau dari negara lain.
Trump juga mengulangi pernyataan yang salah bahwa Amerika Serikat akan menerima puluhan miliaran dolar dari tarif barang-barang China.