kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China Mengumumkan Pemotongan Rasio Cadangan Bank Terbesar Sejak Desember 2021


Rabu, 24 Januari 2024 / 17:26 WIB
China Mengumumkan Pemotongan Rasio Cadangan Bank Terbesar Sejak Desember 2021
ILUSTRASI. Bank sentral China akan menurunkan jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan mulai 5 Februari.


Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Bank sentral China akan menurunkan jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan mulai 5 Februari. Ini adalah pemotongan pertama tahun ini seiring upaya para pengambil kebijakan untuk menopang pemulihan ekonomi yang rapuh di tengah anjloknya pasar saham.

China kesulitan untuk mencapai pemulihan pasca-Covid yang kuat pada tahun lalu karena tekanan pada pasar perumahan, risiko utang pemerintah daerah, dan melemahnya permintaan global memperlambat momentum. Alhasil, sentimen investor terbebani di awal tahun 2024.

Gubernur People's Bank of China (PBOC) Pan Gongsheng mengatakan bahwa bank tersebut akan memangkas rasio pencadangan wajib atawa reserve requirement ratio (RRR) untuk semua bank sebesar 50 basis poin (bps). Dia menambahkan bahwa langkah tersebut akan membebaskan 1 triliun yuan (US$ 139,45 miliar) atau setara Rp 2.216 triliun ke pasar.

Pemotongan ini merupakan pemangkasan terbesar sejak Desember 2021, melebihi ekspektasi sebagian besar analis.

“Pemotongan RRR merupakan tanda bahwa PBOC akan tetap berpegang pada sikap moneter yang longgar sepanjang tahun ini, meskipun telah meleset dari ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) sebelumnya,” kata Xu Tianchen, ekonom senior Economist Intelligence Unit kepada Reuters.

“Ini juga merupakan tanda bahwa para pengambil kebijakan di seluruh pemerintahan ingin memastikan awal yang baik bagi perekonomian dengan memberikan dukungan kebijakan terlebih dahulu. Hal ini diperlukan untuk mencapai target pertumbuhan ambisius mereka di tahun yang penuh tantangan ini,” imbuh dia.

Baca Juga: Melandainya Harga Nikel Bukan Hanya Masalah Oversupply

Pengumuman penurunan RRR pada konferensi pers merupakan hal yang tidak biasa bagi PBOC. Bank sentral China cenderung memberikan sinyal tindakan tersebut dengan pernyataan yang diposting di situsnya, sering kali di luar jam kerja normal.

Penurunan ini menyusul pemotongan sebelumnya sebesar 25 bps untuk semua bank pada bulan Maret dan September tahun lalu.

Indeks Hang Seng di bursa saham Hong Kong memperpanjang kenaikan setelah penurunan RRR diumumkan. Hang Seng menguat 3,6% dan mencatat kenaikan satu hari terbesar dalam dua bulan. Pasar saham Shanghai ditutup sebelum pengumuman tersebut.

Pasar saham China anjlok 13% pada tahun 2023 dan terus mengalami penurunan di tahun baru di tengah aksi jual asing yang tiada henti. Indeks blue chip CSI300 anjlok mendekati posisi terendah dalam lima tahun pada awal pekan ini.

Yuan dalam negeri Tiongkok mencapai 7,1601 per dolar AS, level terkuat sejak 12 Januari, setelah pengumuman tersebut.

“Tetapi tantangannya masih ada dan sistem perbankan masih bermasalah,” kata Tim Graf, head of EMEA macro strategy di State Street.

Graf mengatakan bahwa pemangkasan rasio pencadangan ini bukanlah obat mujarab yang akan mengubah narasi terlalu banyak. Stimulus yang lebih tepat sasaran akan menjadi pendorong yang lebih kuat untuk mendorong dan mereka tampaknya enggan melakukan hal tersebut.

"PBOC juga akan memotong suku bunga pinjaman kembali dan diskonto ulang sebesar 25 basis poin untuk sektor pedesaan dan perusahaan kecil mulai 25 Januari," kata Pan.

Baca Juga: Mobil Listrik BYD Terlaris Di China 2023 Kalahkan VW, Cek Bocoran Harga Di Indonesia

Perlu lebih banyak stimulus

Para analis mengatakan diperlukan lebih banyak stimulus tahun ini karena pemerintah China berniat memacu pertumbuhan. Negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia ini menargetkan bisa menangkis risiko deflasi dan membatasi pengangguran karena dunia usaha masih khawatir dalam menambah pekerja.

“Tekanan terhadap lapangan kerja tidak akan berkurang pada tahun 2024, dan diperlukan lebih banyak upaya untuk menstabilkan lapangan kerja di Tiongkok,” kata Yun Donglai, wakil direktur departemen promosi ketenagakerjaan di kementerian sumber daya manusia, pada konferensi pers terpisah pada hari Rabu.

Yun menambahkan, penekanan yang lebih besar akan diberikan pada target-target prioritas, seperti memperkuat dukungan bagi lulusan perguruan tinggi dan memperluas kesempatan kerja bagi mereka.

Pada bulan Desember, para pemimpin Tiongkok berjanji untuk mengambil lebih banyak langkah untuk mendukung pemulihan.

Baca Juga: Waspada!! Eskalasi Geopolitik Global Bakal Memantik Biaya Logistik

"Sikap fiskal yang lebih proaktif yang berfokus pada konsumsi lebih penting dan efektif. Alokasi sumber daya fiskal untuk konsumsi dibandingkan investasi sangatlah penting, karena Tiongkok menghadapi tekanan deflasi," kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management.

Zhiwei menambahkan, China lebih membutuhkan permintaan domestik yang kuat ketimbang peningkatan kapasitas produksi.

Sejauh ini, sejumlah langkah kebijakan terbukti hanya memberikan sedikit manfaat, sehingga meningkatkan tekanan pada pihak berwenang untuk memberikan lebih banyak stimulus.

Namun bank sentral menghadapi dilema karena lebih banyak kredit yang mengalir ke sektor produktif dibandingkan konsumsi. Alhasil, kondisi ini dapat menambah tekanan deflasi dan mengurangi efektivitas alat kebijakan moneternya. Tekanan terhadap yuan juga terus membatasi ruang lingkup pelonggaran moneter.

Perekonomian China tumbuh sebesar 5,2% pada tahun 2023, memenuhi target resmi. Tetapi pemulihan ekonomi China lebih lemah dari perkiraan investor.

Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat menjadi 4,6% tahun ini.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×