kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China tak mengejar target ekonomi tinggi


Senin, 26 Desember 2016 / 06:10 WIB
China tak mengejar target ekonomi tinggi


Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BEIJING. Presiden China Xi Jinping tampaknya tak ambil pusing dengan prediksi banyak pihak yang menyatakan ekonomi China tahun depan maksimal hanya tumbuh sebesar 6,5%. Xi Jinping bahkan menyebut, kestabilan pertumbuhan ekonomi lebih penting ketimbang mengejar nilai pertumbuhan yang tinggi.

Dalam hal ini orang nomor satu di China tersebut bahkan tidak menutup kemungkinan bila target pertumbuhan ekonomi China tidak mencapai 6,5%. Xi Jinping menegaskan, pihaknya tidak mau mengejar pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan utang.

Selain itu, kondisi global juga semakin tidak menentu, terutama pasca Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) yang baru. Xi Jinping menegaskan bahwa China tidak perlu memenuhi target jika untuk mencapainya harus mengambil terlalu banyak risiko.

Hal tersebut diungkapkan XI Jinping dalam pertemuan Partai Komunis pekan lalu yang membahas kondisi keuangan dan ekonomi Negeri Tembok Besar.

Mengutip salah satu sumber yang ikut dalam pertemuan itu, Bloomberg, Jumat (23/12) memberitakan bahwa para pemimpin sepakat menjaga pertumbuhan pada kondisi yang stabil. China dengan valuasi perekonomian sebesar US$ 11 triliun ini, tidak lagi terpaku pada besaran pertumbuhan.

Pada tahun ini saja, pertumbuhan ekonomi China diprediksi berada di level 6,7%. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprediksi semakin menciut seiring ketidak pastian kondisi global yang berefek bagi China.

Terbebani utang

Tahun 2015, para pemimpin China memang sempat berikrar akan mempertahankan pertumbuhan ekonomi minimal 6,5% hingga tahun 2020 mendatang. Aksi itu kemudian mendapat kritikan dari para ekonom yang menyebut langkah itu justru akan menekan para pengambil kebijakan untuk mengambil keputusan yang bisa membahayakan stabilitas keuangan China ke depan.

Nah, sikap terbaru Xi Jinping yang tak lagi terbebani oleh target pertumbuhan ekonomi, dinilai pengamat sebagai perubahan yang positif. "Target 6,5% bisa meningkatkan risiko utang," ucap Yao Wei, Kepala Ekonom China di Societe Generale SA.

Sumber Bloomberg mengatakan, banyak negara menghadapi krisis saat posisi utangnya sudah sebesar 300% dari PDB. Adapun posisi utang China saat ini mencapai 270% dari PDB.

Para ekonom umumnya mematok pertumbuhan China tahun 2017 di level 6,4%. Lalu pada tahun 2018, angka pertumbuhan diprediksi turun ke posisi 6%. Salah satu ancaman datang dari Donald Trump yang akan mengenakan tarif pajak tinggi atas barang impor dari China.

Huang, profesor dari Universitas Peking mengingatkan, semakin tinggi target pertumbuhan jangka pendek, maka semakin sulit bagi pemerintah untuk menyeimbangkan dengan target pertumbuhan jangka panjang.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×