Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Jumlah miliarder China bakal berlipat ganda pada 2026, menurut laporan Credit Suisse yang rilis Selasa (20/6), meskipun ada dorongan untuk mengurangi ketidaksetaraan kekayaan dan ekonomi yang melambat tajam.
Total kekayaan rumahtangga di China mencapai US$ 85,1 triliun pada 2021, melonjak 15,1% atau US$ 11,2 triliun dibanding 2020.
Dorongan "kemakmuran bersama" Pemerintah China dalam beberapa tahun terakhir meningkat tajam dalam retorika resmi, dan tindakan keras terhadap ekses di industri termasuk teknologi dan pendidikan swasta telah mengguncang investor.
Pada 2021, China memiliki 6,2 juta miliarder, bertambah lebih dari satu juta dibanding 2020. Sementara jumlah total miliarder secara global meningkat 5,2 juta orang.
Baca Juga: Sekarang Waktu yang Tepat untuk Beli Kripto? Miliarder Ini Bilang Begini
Jumlah miliarder di China akan berlipat ganda menjadi 12,2 juta dalam waktu lima tahun ke depan, sebut Credit Suisse dalam laporannya, seperti dikutip Reuters.
Prospek pertumbuhan kekayaan China yang bullish datang bahkan ketika ekonomi terbesar kedua di dunia itu nyaris terhindar dari kontraksi pada kuartal kedua tahun ini.
Buntut dari penguncian Covid-19 yang meluas dan sektor properti yang merosot memukul kepercayaan konsumen juga bisnis di negeri tembok raksasa.
Kekayaan rumahtangga global meningkat 12,7 persen pada 2021, pertumbuhan tahunan tercepat yang pernah tercatat tidak termasuk faktor nilai tukar. Tapi, prospeknya dibayangi oleh ketidakpastian geopolitik dan keuangan yang meningkat.
Baca Juga: Orang Terkaya Asia Gautam Adani Kini Jadi Orang Paling Tajir ke-2 di Dunia
Nilai kekayaan rumahtangga global mencapai US$ 463,6 triliun pada akhir 2021, terutama didorong oleh kenaikan kuat dalam aset keuangan, yang memperburuk ketidaksetaraan di tahun lalu.
Amerika Serikat, China, dan Kanada memimpin dalam ekspansi kekayaan rumahtangga, menurut laporan Credit Suisse, mencatat masing-masing mengalami peningkatan US$ 19,5 triliun, US$ 11,2 triliun, dan US$ 1,8 triliun.
"Mungkin terlalu dini untuk menilai sepenuhnya dampak inflasi, krisis Ukraina, krisis rantai pasokan, tetapi mungkin kita akan melihat beberapa pembalikan keuntungan kekayaan global pada 2022," kata Axel Lehmann, Chairman Credit Suisse.
Namun, bank swasta asal Swiss itu tetap optimistis tentang prospek pertumbuhan lima tahun ke depan, dengan kekayaan rumahtangga global bakal meningkat sebesar US$ 169 triliun pada 2026.