Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Produksi industri China tumbuh melambat pada bulan Oktober. Produksi industri hanya naik 4,7% secara year on year pada bulan lalu.
Data yang dirilis Biro Statistik Nasional ini jauh lebih rendah ketimbang median prediksi polling Reuters yang meramalkan kenaikan 5,4% secara tahunan.
Indikator menunjukkan bahwa sektor lain juga melambat secara signifikan dan meleset dari prediksi. Pertumbuhan penjualan ritel mencapai level terendah dalam 16 tahun terakhir.
Penjualan ritel naik 7,2% secara tahunan pada bulan Oktober. Angka ini sama dengan posisi April lalu yang merupakan level terendah dalam 16 tahun terakhir. Pertumbuhan penjualan ritel ini lebih rendah daripada ekspektasi pasar yang sebesar 7,9%.
Baca Juga: Ikut pameran di China, Indonesia berhasil raih transaksi sebesar US$ 4,1 miliar
Pertumbuhan investasi aset tetap pun mengecewakan. Investasi yang menjadi kunci pendorong pertumbuhan ekonomi China ini hanya naik 5,2% pada periode Januari-Oktober. Pertumbuhan ini merupakan level terendah sejak Reuters mencatat data investasi aset tetap China tahun 1996.
Pertumbuhan ini juga lebih rendah ketimbang ekspektasi yang sebesar 5,4%. Investasi aset tetap sektor swasta yang mengontribusi 60% dari total investasi, tumbuh 4,4% pada 10 bulan pertama tahun ini.
"Harus diakui, optimisme seputar kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS)-China fase satu dapat memberikan dorongan untuk investasi korporasi dalam jangka pendek," kata Martin Lynge Rasmussen, ekonom Capital Economics China kepada Reuters.
Baca Juga: Hong Kong kian mencekam, pengunjuk rasa memblokade universitas dan menimbun senjata
Tapi, Rasmussen menambahkan bahwa meski terjadi kesepakatan sekecil apapun, fokus negosiasi akan bergeser ke masalah yang lebih sulit dan negosiasi bisa mogok.
Data ekonomi yang melemah ini akan menambah alasan bagi pemerintah China untuk mengucurkan stimulus baru di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi. Aktivitas sektor manufaktur masih melemah dengan indeks harga produsen yang mencatat penurunan terbesar dalam tiga tahun terakhir.
Purchasing Managers' Index (PMI) China pun menunjukkan kontraksi untuk enam bulan berturut-turut. Perang dagang AS-China telah memukul permintaan global, menghambat rantai pasokan, dan menekan pasar finansial.
Meski ada tanda-tanda kemajuan, dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini masih enggan mengungkapkan komitmen satu sama lain.