Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke level tertinggi dalam enam pekan terakhir pada perdagangan Rabu (8/10/2025) pagi waktu Asia.
Penguatan ini terjadi di tengah meningkatnya risiko akibat penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir, sehingga mendorong kekhawatiran baru di kalangan investor dan meningkatkan permintaan terhadap aset-aset aman (safe haven).
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,50% ke level 98,616, tertinggi sejak 27 Agustus.
Baca Juga: Rupiah Masih Akan Tertekan Penguatan Dolar AS pada Rabu (8/10)
Kenaikan terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan melakukan pemecatan massal terhadap pegawai federal selama kebuntuan anggaran masih berlangsung.
“Dengan belum adanya resolusi untuk mengakhiri shutdown, sentimen di pasar keuangan terus memburuk,” tulis analis Westpac dalam risetnya.
Memasuki minggu kedua shutdown, peluang bahwa kebuntuan ini akan berakhir dalam satu minggu ke depan hanya mencapai 26%, menurut data dari situs taruhan Polymarket.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun sedikit naik ke 4,1307% dibandingkan penutupan Selasa di 4,127%.
Meski demikian, pasar masih memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada akhir bulan ini, dengan probabilitas 94,6% menurut CME FedWatch Tool.
Baca Juga: BI Rogoh Biaya Mahal demi Stabilkan Rupiah, Cadangan Devisa hingga Emas Tergerus
Kondisi ketidakpastian ini turut mendorong kenaikan harga logam mulia, di mana emas berjangka AS menembus level US$4.000 per ons troi untuk pertama kalinya pada Selasa (7/10).
“Ketidakpastian terhadap ekonomi global menjadi salah satu pendorong utama, dan shutdown pemerintah AS jelas tidak membantu memperbaiki sentimen pasar,” tulis analis ING dalam catatannya.
Terhadap yen Jepang, dolar AS diperdagangkan di level ¥152,205, naik 0,2% dibandingkan level penutupan sebelumnya di AS, mendekati posisi terkuat sejak Februari.
Investor tengah mencermati kebijakan ekonomi Sanae Takaichi, perdana menteri baru Jepang yang akhir pekan lalu mengejutkan pasar dengan memenangkan pemilihan pimpinan partai berkuasa.
Sebagai murid politik mendiang Shinzo Abe, Takaichi diperkirakan dapat melanjutkan kebijakan stimulus besar yang berpotensi mendorong pasar saham, namun membuat yen tetap lemah.
Baca Juga: Rupiah Menguat ke Rp 16.561 per Dolar AS pada Selasa (7/10), Ini Sentimen Penopangnya
Sementara itu, dolar Selandia Baru (kiwi) diperdagangkan di US$0,5801, stabil menjelang keputusan kebijakan moneter Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) hari ini.
Pasar terbagi dalam ekspektasi apakah bank sentral akan memangkas suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin untuk mendukung ekonomi yang lesu.
Dolar Australia tercatat stabil di US$0,65836, sedangkan euro berada di US$1,1655 dan poundsterling Inggris naik tipis 0,1% ke US$1,3429.
Untuk mata uang China, yuan offshore diperdagangkan datar di 7,1469 per dolar AS.