Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
WASHINGTON. Dua raksasa ekonomi terbesar dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan China menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal itu diperoleh dari data-data ekonomi terbaru kedua negara yang membawa hasil positif.
Dari AS, data terbaru yang dirilis soal pendapatan rumah tangga. Biro sensus AS menyebutkan, rata-rata pendapatan rumah tangga AS pada akhir 2015 naik sebesar 5,2% menjadi US$ 56.500 per tahun. Ini merupakan jumlah terbesar sejak tahun 2007 silam.
Pertumbuhan tersebut juga menjadi yang tertinggi, sejak survei pendapatan rumah tangga mulai dilakukan pada 1968 silam. "Ini terjadi hampir pada setiap kolompok umur rumah tangga dan hampir semua golongan ras," tutur Trudi Renwick, Asisten Kepala divisi Biro Sensus AS, seperti dikutip Reuters, Rabu (14/9).
Chris Christioper, Kepala Ekonom IHS Global mengatakan, pertumbuhan pendapatan rumah tangga AS akan terus meningkat, seiring tingkat pekerjaan yang lebih baik dan inflasi terkendali. Adapun tingkat pengangguran telah jauh menurun menjadi 4,9% pada Agustus 2016, bila dibandingkan posisi Oktober 2009 silam yang sebesar 10%.
Peningkatan pendapatan rumah tangga itu pun berhasil memangkas jumlah orang miskin sebanyak 3,5 juta menjadi 43,1 juta pada akhir 2015. Sehingga, tingkat kemiskinan kini berada di level 13,5% dari posisi akhir tahun 2014 di level 14,8%.
Sebagai gambaran, pada tahun 2010 lalu tingkat kemiskinan mencapai 17%. Jumlah orang yang tidak memiliki asuransi di AS juga menurun menjadi 29 juta dari sebelumnya 33 juta. Kini, hampir 91% memperoleh perlindungan asuransi kesehatan, dari akhir tahun 2014 yang hanya sebanyak 89,6%.
Kabar positif lain datang dari China. Seperti diberitakan Shanghaidaily.com, Selasa (13/9), mengutip data biro statistik China, produksi industri di Negeri Tembok Besar pada bulan Agustus 2016 naik 6,3%, tercepat sejak lima bulan terakhir. Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi ekonom di level 6,2%.
"Data menunjukkan bahwa risiko downside dari PDB di kuartal III telah berkurang secara signifikan," terang Louis Lam dan David Qu, analis dari ANZ Group seperti diberitakan Shanghaidaily.com.
Penjualan ritel, sebagai tolak ukur kekuatan belanja konsumen di China, meningkat 10,6%, setelah pada bulan Juli juga tumbuh 10,3%. "Perekonomian nasional telah mencapai perkembangan yang moderat dan stabil," imbuh Louis Lam dan David Qu dalam analisisnya.
Namun, keduanya mengingatkan, kondisi internal dan eksternal China sejatinya masih penuh ketidakpastian. China sendiri kini telah berupaya keluar dari ketergantungan dari hasil investasi dan ekspor. China berusaha membenahi struktur perekonomiannya dengan cara melakukan reformasi struktural dan pemangkasan kelebihan produksi perusahaan BUMN.