Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aktivitas ekonomi China terlihat mulai berjalan secara normal pada dua bulan pertama tahun 2023. Gangguan yang muncul akibat pandemi Covid-19 mulai disingkirkan oleh peningkatan konsumsi serta investasi di sektor infrastruktur.
Biro Statistik Nasional China (NBS), pada hari Rabu (15/3) melaporkan bahwa output industri pada periode Januari-Februari 2023 2,4% lebih tinggi dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Pada periode itu, penjualan ritel melonjak 3,5% dari tahun sebelumnya, membalikkan penurunan tahunan 1,8% yang terlihat di bulan Desember.
"Perekonomian China secara bertahap pulih tahun ini. Tetapi, harus dicatat bahwa pandemi merusak neraca perusahaan dan pribadi selama beberapa tahun, dan mereka masih membutuhkan waktu untuk memperbaikinya," kata juru bicara NBS, Fu Linghui, kepada Reuters.
Baca Juga: ASEAN Diyakini Tak akan Tergelincir ke Jurang Resesi, Berikut Alasannya
Sektor catering, yang sangat sensitif terhadap Covid-19, berhasil menuai keuntungan dari penghapusan langkah-langkah anti-pandemi dengan pendapatan Januari-Februari melonjak 9,2% dari tahun sebelumnya. Di bulan Desember 2022, sektor ini mengalami penurunan tahunan hingga 14,1%.
Investasi infrastruktur dalam dua bulan melonjak 9,0% dari tahun sebelumnya, didorong oleh belanja pemerintah yang ditujukan untuk mendukung perekonomian.
Sayangnya, investasi properti masih turun 5,7%. Kondisi ini dilihat sebagai kehati-hatian pembeli rumah dan pengembang.
Baca Juga: Perekonomian Sejumlah Negara Berangsur Pulih dari Pandemi Covid-19
Pemerintah China mulai mencari cara untuk menggenjot kembali pertumbuhan ekonomi mereka yang terpuruk akibat Covid-19. Pada hari Rabu, Bank Sentral China kembali menambah suntikan likuiditas. Langkah itu telah dilakukan selama empat bulan berturut-turut.
China baru-baru ini juga menetapkan target pertumbuhan tahunan yang cukup moderat, sekitar 5% untuk tahun ini. China tentu tidak ingin berekspektasi terlalu tinggi karena perkiraannya meleset cukup signifikan di tahun 2022.
NBS menilai bahwa mencapai sekitar 5% akan menjadi tantangan baru. Di saat yang sama, mereka juga yakin bahwa saat ini China telah memiliki kondisi, landasan, dan kepercayaan diri untuk mencapai target tersebut.