Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Di Amerika Serikat, ada dua industri besar yang membayar para pekerjanya dalam gaji dan bonus yang paling menggiurkan. Keduanya adalah Hollywood dan Wall Street. Industri yang terakhir, kini tengah menjadi perhatian para pembuat undang-undang di Washington.
Tak heran, sebab, selama lima tahun terakhir, lima institusi besar di Wall Street mengeluarkan dana sebesar US$ 3,1 miliar hanya untuk membayar gaji para eksekutif papan atasnya. Jika dibandingkan, jumlah ini tiga kali lipat dari nilai pembelian JPMorgan atas Bear Sterns.
Kelima perusahaan tersebut antara lain : Merrill Lynch, Goldman Sachs, Morgan Stanley, Lehman Brothers Holdings Inc. dan Bear Stearns. Masalahnya, gaji tinggi itu terus berlanjut hingga saat ini. Padahal, sebagian besar institusi keuangan sedang megap-megap karena terlibas krisis. Komponen pendapatan para eksekutif itu antara lain gaji, bonus, saham, dan opsi saham.
Malahan, pada 2007, gaji CEO di kelima perusahaan itu lebih tinggi dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, menjadi US$ 253 juta. Merrill Lynch & Co,, yang dulu merupakan broker terbesar AS, membayar gaji CEO paling tinggi di antara yang lainnya. Gaji mantan CEO-nya, Stanley O''Neal, sejak 2003 hingga 2007 mencapai US$ 172 juta. Kemudian, Merrill membayar CEO pengganti O''Neal, John Thain, sebesar US$ 86 juta setelah sebulan bekerja tahun lalu.
Selain itu, CEO Bear Stern James ``Jimmy'' Cayne mengumpulkan US$ 161 juta sampai sebelum perusahaannya mengalami kebangkrutan pada Juni 2008. Adapun CEO Goldman Sachs Group Inc. menerima US$ 161 juta dari 2003 sampai 2006.
Memang, perusahaan-perusahaan di Wall Street selama ini cukup bebas membagikan keuntungan perusahaannya dengan para karyawan. Tahun 2007, kelima institusi keuangan besar itu membayar gaji 185.687 karyawan sebesar US$ 66 miliar, termasuk bonus US$ 39 miliar. "Wall Street membayar pekerjanya lebih tinggi sekitar 50% dari industri lainnya," ujar Graef Crystal, seorang ahli gaji dan kompensasi.
Nah, saat ini, Washington tengah membahas pengaturan gaji para eksekutif ini. Rencananya, dalam aturan pembelian aset bermasalah senilai US$ 700 miliar, Pemerintah AS akan memangkas gaji eksekutif dari perusahaan yang memperoleh bantuan dana.
Namun, pesimisme merebak. Sebab, sepanjang sejarah, Pemerintah AS mempunyai rekor lemah menghadapi aturan kompensasi itu. "Setiap langkah pemerintah untuk mengatur gaji CEO selalu mendapatkan serangan balik. Saya cukup yakin yang satu ini pun seperti itu," kata Kevin Murphy, profesor keuangan University of Southern California.