Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Gencatan senjata di Lebanon yang telah berlangsung selama satu pekan disebut telah membuka jalan bagi pejuang pemberontakan di Suriah untuk menyerang Aleppo awal pekan ini.
Kepala oposisi utama Suriah, Hadi al-Bahra, yakin bahwa para pemberontak berhasil merebut kota dan wilayah lain dengan cepat karena Hizbullah dan pejuang lain sedang sibuk dengan konflik mereka di Israel.
"Para pejuang pemberontak Suriah mulai mempersiapkan diri untuk merebut Aleppo setahun yang lalu, namun serangan tersebut tertunda karena perang di Gaza dan akhirnya diluncurkan minggu lalu ketika gencatan senjata terjadi di Lebanon," kata al-Bahra, dikutip Reuters.
Tokoh oposisi ini melihat bahwa momen ini digunakan para pejuang untuk bisa lebih dilihat oleh dunia, karena perang di Lebanon sedang mereda.
"Mereka merasa tidak akan terlihat baik jika perang di Lebanon terjadi pada saat yang sama ketika mereka berperang di Suriah. Jadi ketika terjadi gencatan senjata di Lebanon, mereka menemukan kesempatan itu, untuk memulai," lanjut al-Bahra, yang merupakan Presiden Koalisi Nasional Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi, oposisi Suriah yang diakui secara internasional.
Baca Juga: Harga Minyak Naik di Tengah Gencatan Senjata Hizbullah-Israel
Tonton: Moody's Meragukan Keberlanjutan Gencatan Senjata Israel dengan Hizbullah
Konflik Baru di Suriah
Perebutan Aleppo dari tangan Presiden Bashar al-Assad oleh pemberontak Suriah telah membawa kembali fokus pada perang saudara Suriah.
Para pemberontak melancarkan serangan mendadak pada 26 November, menyerang dari wilayah utara dan barat laut Aleppo. Mereka menyerbu kota tersebut pada 29-30 November, dan memaksa mundur pasukan pemerintah.
Serangan itu diprakarsai oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra. Kelompok ini merupakan sayap resmi al Qaeda dalam perang Suriah hingga memutuskan hubungan pada tahun 2016.
Baca Juga: Pemberontak Suriah Serbu Aleppo, Bandara dan Jalan Ditutup
HTS dipimpin oleh Abu Mohammed al-Golani dan telah lama menjadi kekuatan dominan di wilayah Idlib.
Ini merupakan pertama kalinya kendali kota bergeser sejak tahun 2016. Saat itu, pasukan pemerintah yang didukung oleh Rusia dan Iran berhasil mengalahkan pemberontak yang menguasai distrik timur Aleppo.
Para pemberontak telah menekan kemajuan mereka di daerah selatan dan barat daya Aleppo, merebut wilayah di provinsi Hama.
Rusia, yang mengerahkan angkatan udaranya ke Suriah pada tahun 2015 untuk membantu Assad, juga telah melakukan serangan udara untuk mendukung tentara pemerintah.