Harta Jim Ratcliffe Anjlok Rp 142 Triliun, Manchester United Terancam Krisis Baru?

Sumber: Mirror.co.uk | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sir Jim Ratcliffe, taipan asal Inggris sekaligus pemilik sebagian saham Manchester United, mengalami penurunan kekayaan pribadi yang sangat signifikan.

Menurut laporan The Sunday Times Rich List 2025, kekayaan Ratcliffe anjlok sebesar £6,473 miliar (sekitar Rp 142 triliun) dalam satu tahun terakhir, dari £23,519 miliar menjadi £17,046 miliar. Penurunan ini menjadikannya individu dengan kerugian terbesar di antara para miliarder Inggris tahun ini.

Posisi Ratcliffe di Daftar Orang Terkaya Inggris Menurun Drastis

Dari peringkat keempat pada tahun 2024, Ratcliffe kini harus puas berada di posisi ketujuh. Ia kini berada di bawah Sir James Dyson dan Gopi Hinduja beserta keluarganya, yang memuncaki daftar orang terkaya Inggris tahun ini.

Sebagai pendiri dan pemimpin INEOS, imperium kimia global, Ratcliffe pernah memimpin daftar pada tahun 2018, namun kini menghadapi tantangan besar.

Penurunan kekayaan Ratcliffe terjadi di tengah tantangan besar yang dihadapi Manchester United. Klub yang dibelinya sebagian pada awal 2024 tersebut tengah bergulat dengan krisis keuangan yang memprihatinkan.

Baca Juga: Jim Ratcliffe Pertimbangkan Jual Klub Ligue 1 Nice Demi Fokus pada Manchester United

Dalam sebuah wawancara mengejutkan bersama legenda United Gary Neville pada Maret lalu, Ratcliffe mengungkapkan bahwa klub diproyeksikan akan kehabisan uang tunai pada akhir tahun ini jika bukan karena investasi langsung senilai £232 juta dari dirinya.

“Manchester United akan kehabisan uang pada November tahun ini,” ujar Ratcliffe.

“Mereka sudah kehilangan kendali. Biaya operasional dan biaya skuad benar-benar tidak terkendali,” terangnya.

Struktur Biaya Klub yang Tidak Sehat

Ratcliffe menyoroti bagaimana klub secara konsisten mengalami defisit selama tujuh tahun terakhir. Pengeluaran—termasuk gaji pemain, biaya transfer, serta biaya operasional harian—melebihi pendapatan tahunan yang dihasilkan klub.

Hal ini memicu kekhawatiran serius atas kesinambungan bisnis klub meskipun memiliki basis pendukung global dan pendapatan komersial besar.

Sejak mengambil alih sebagian kendali di Old Trafford, Ratcliffe telah memimpin beberapa gelombang pemutusan hubungan kerja di lingkungan klub. Langkah-langkah efisiensi ini dianggap penting untuk meredam laju kerugian, meskipun tidak luput dari kontroversi di kalangan penggemar dan pengamat sepak bola.

Ratcliffe juga menekankan bahwa Manchester United harus dikelola sebagai entitas bisnis yang berkelanjutan, bukan hanya institusi olahraga. “Jika kita memikirkan United sebagai bisnis, maka bisnis ini telah keluar jalur cukup jauh,” tegasnya.

Baca Juga: Liverpool Samai Rekor Manchester United, Ini Daftar Juara Liga Inggris Terbanyak

Harapan dari Liga Europa: Peluang Penyelamatan Finansial

Dengan posisi akhir yang diperkirakan tak lebih baik dari peringkat ke-13 di Liga Inggris musim ini, satu-satunya harapan nyata bagi United adalah final Liga Europa melawan Tottenham Hotspur pada Rabu malam.

Kemenangan di laga tersebut bukan hanya akan menghadirkan trofi untuk musim ketiga berturut-turut, tapi juga membuka pintu ke Liga Champions dan potensi pendapatan tambahan hingga £100 juta—suntikan finansial yang sangat dibutuhkan klub di tengah krisis.

Bagi pelatih Ruben Amorim, laga ini juga bisa menjadi gelar pertamanya bersama klub sejak ditunjuk sebagai pelatih kepala.

Selanjutnya: Catat Link dan Jadwal Pendaftaran SPMB Sulsel Untuk SMA/SMK

Menarik Dibaca: 5 Manfaat Mengonsumsi Probiotik Setiap Hari, Bagus buat Jantung Lo!