kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

HSBC: Rebound Perekonomian Sri Lanka Bakal Spektakuler


Kamis, 18 Juni 2009 / 15:01 WIB


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

NEW DELHI. Pemerintah Sri Lanka terus memperbaiki kondisi perekonomian negaranya. Perlahan tapi pasti, perekonomian Sri Lanka mulai membaik. Menurut HSBC Private Bank, perekonomian Sri Lanka akan mengalami rebound dari pertumbuhan terendahnya dalam enam tahun terakhir. Selain itu, lanjut HSBC, berakhirnya perang sipil di negara ini akan menjadikan Sri Lanka sebagai “Hongkongnya di India”.

Seperti yang diketahui, berlangsungnya perang sipil dalam beberapa dekade di Sri Lanka mengguncang perekonomian senilai US$ 32 miliar itu. Berdasarkan figur yang dirilis oleh pemerintah kemarin, perekonomian Sri Lanka mengalami pertumbuhan sebesar 1,5% pada kuartal I 2009 dibanding periode sama tahun lalu. Hal ini terjadi seiring mulai meredanya resesi ekonomi yang melanda dunia. Pelabuhan, pelaku ritel, usaha tekstil dan eksportir teh dapat memimpin perbaikan ekonomi setelah kelompok pemberontak Macan Tamil berhasil dikalahkan pada bulan lalu.

“Rebound perekonomian Sri Lanka akan spektakuler. Sebagai permulaan, lokasi pelabuhan Sri Lanka memberikan keuntungan yang alami bagi negara ini,” papar Arjuna Mahendran, Chief Investment Strategist Asia HSBC Private Bank.

Sri Lanka juga akan diuntungkan karena kedekatannya dengan India, seperti halnya Hongkong yang memiliki hubungan perdagangan langsung dengan China. Sekadar informasi, Sri Lanka terletak 31 kilometer dari India, negara dengan pertumbuhan perekonomian tercepat kedua di dunia.

Sejumlah pelaku usaha di Sri Lanka juga menyatakan rasa optimisnya. “Ini merupakan sesuatu yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya jika Anda menghabiskan hidup dalam situasi perang. Benar-benar tidak dapat dipercaya, Saya melihat banyak perbedaan saat ini dan potensi pertumbuhan cukup tinggi,” papar Otara Gunewardene, pemilik Odel, salah satu department store terbesar di Sri Lanka.

Dalam waktu dekat, Odel berencana menjual sebagian sahamnya ke investor asing dan menggelontorkan dana investasi senilai US$ 20 juta untuk mendirikan pusat perbelanjaan baru di Colombo serta outlet lainnya di beberapa kota di Sri Lanka.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×