Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - STOCKHOLM. Ingka Group, pemilik sebagian besar toko peritel perabot dan furnitur, IKEA, melaporkan kenaikan laba operasi tahunan sebesar 9%. Kenaikan laba operasi ini lantaran kenaikan harga produk yang membantu IKEA mengimbangi biaya input yang lebih tinggi dan mengkompensasi biaya yang dikeluarkan di Rusia.
Dilansir Reuters pada Jumat (25/11), pengecer furnitur terbesar di dunia ini mengatakan laba operasi secara tahunan mencapai 2,04 miliar euro atau US$ 2,12 miliar, dengan pertumbuhan penjualan sebesar 6%. Pada Maret 2022, IKEA memperkirakan kenaikan harga rata-rata 12% pada tahun ini.
"Selama tahun 2022, kami perlu mengkompensasi kenaikan biaya yang substansial dalam bahan baku, energi, transportasi, dan logistik," kata Chief Financial Officer Juvencio Maeztu kepada Reuters.
Baca Juga: IKEA Ajak Orang Tua & Anak Bawa Perubahan lewat Bermain lewat Kampanye Ayo Main
Maeztu juga mengatakan, laba operasi mencerminkan kinerja yang baik di seluruh divisi, termasuk pusat perbelanjaan dan cabang investasi.
Laba bersih, bagaimanapun, anjlok 82% menjadi 287 juta euro. Ingka mengaitkannya dengan kenaikan suku bunga yang melanda salah satu portofolio investasi Ingka Investments.
“(Penurunan) terutama karena dampak suku bunga yang signifikan terhadap Investasi Pasar Keuangan (FMI), sejalan dengan perkembangan pasar keuangan global dan karena efek pengurangan operasi di Rusia,” kata Ingka.
Menurut situs webnya, Ingka Investments memiliki aset keuangan senilai 20 miliar euro yang dikelola.
Adapun, pada bulan Maret Ingka menutup toko IKEA di Rusia, yang sebelumnya menyumbang sekitar 4% dari penjualan dan sejak itu telah memberhentikan sebagian besar dari 12.000 karyawannya di negara Rusia.
Baca Juga: Hero Supermarket (HERO) Gencar Menambah Gerai Guardian dan IKEA Tahun Ini
Ingka adalah pemegang waralaba utama pemilik merek Inter IKEA, yang bertanggung jawab atas pasokan.
Inter IKEA pada bulan Oktober 2022 mengatakan laba operasinya turun 56% karena meneruskan sebagian bahan baku dan biaya transportasi yang melonjak ke pengecer. Dikatakan volume penjualannya kepada pewaralaba turun 7% sampai dengan 8%, setengahnya karena penutupan toko di Rusia.