CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

IMF meningkatkan kapasitas pinjaman untuk negara-negara miskin dan berkembang


Selasa, 03 Agustus 2021 / 13:02 WIB
IMF meningkatkan kapasitas pinjaman untuk negara-negara miskin dan berkembang
ILUSTRASI. Logo Dana Moneter Internasional (IMF) terlihat di luar gedung kantor pusat di Washington, AS, saat Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde bertemu dengan Menteri Keuangan Argentina Nicolas Dujovne, 4 September 2018.


Sumber: Channel News Asia | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Meneruskan langkah untuk meningkatkan bantuan ke negara-negara yang kesulitan, dewan gubernur Dana Moneter Internasional atau IMF pada Selasa (3/8) memberi izin untuk menambah kapasitas pinjaman.

Dilansir dari Channel News Asia, batas pinjaman untuk negara-negara kini naik ke angka US$ 650 miliar.

"Ini adalah keputusan yang bersejarah, alokasi Hak Penarikan Khusus (SDR) terbesar dalam sejarah IMF dan langkah yang tepat untuk ekonomi global pada saat krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Kepala IMF Kristalina Georgieva.

Georgieva berharap, keputusan itu akan bisa membantu negara-negara yang paling rentan dan sedang berjuang untuk mengatasi dampak krisis Covid-19.

Program ini sebelumnya telah disetujui oleh dewan eksekutif IMF pertengahan Juli lalu, dan akan dilaksanakan pada 23 Agustus.

SDR yang baru diterbitkan akan dialokasikan ke negara-negara anggota sesuai dengan kuota IMF. Negara-negara miskin dan berkembang akan menerima total sekitar US$ 275 miliar.

Setelah ini, IMF akan tetap menimbang berbagai opsi yang tepat terkait cara-cara penyaluran SDR dari negara-negara anggota yang lebih kaya ke yang lebih miskin dan lebih rentan untuk mendukung pemulihan pandemi.

Baca Juga: Masih terdampak pandemi, IMF ramal defisit APBN 2021 bakal mencapai 6,2% dari PDB

Oxfam, organisasi non-pemerintahan yang berbasis di Washington juga menyambut baik rencana IMF tersebut. Oxfam yang bergerak di pengawasan kemiskinan global merasa akan ada banyak negara yang terbantu.

"SDR baru akan membawa likuiditas yang sangat dibutuhkan ke negara-negara berkembang yang kesulitan tanpa menambah beban utang mereka yang tidak berkelanjutan," ungkap Nadia Daar, Ketua Oxfam.

Daar juga menyebutkan, IMF dan pemerintah negara-negara perlu bekerja secara transparan dan bersama-sama dengan masyarakat sipil agar SDR digunakan dengan bijak.

Diinisiasi pada 1966, SDR dapat digunakan baik sebagai mata uang cadangan yang menstabilkan nilai mata uang domestik suatu negara, ataupun diubah menjadi mata uang yang lebih kuat untuk membiayai investasi.

Nilainya didasarkan pada lima mata uang internasional utama, yakni dolar, euro, pound, yuan, dan yen.

Untuk negara-negara miskin, bunganya juga untuk mendapatkan mata uang keras tanpa harus membayar suku bunga yang besar.

Selanjutnya: IMF pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, ini respons pemerintah



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×