Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Penawaran obligasi dalam mata uang yen atau yang biasanya disebut dengan Samurai Bond meningkat pesat. Tingkat bunga acuan di Jepang yang lebih murah membuat obligasi Samurai menjadi pilihan para penerbit obligasi.
Berdasarkan data Bloomberg, sejak awal tahun fiskal pada April 2023, penjualan obligasi Samurai telah meningkat 57% menjadi ¥ 845,2 miliar setara dengan US$ 5,8 miliar. Pasar surat utang Jepang menawarkan biaya yang lebih rendah di dunia. Ini karena bank sentral Jepang tetap berpegang teguh pada kebijakan bunga negatif.
Meski memang baru-baru ini, Bank of Japan mengubah kebijakan pengendalian kurva imbal hasil yang membuat tingkat imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik lebih tinggi.
Baca Juga: Pamor Instrumen Investasi Berbasis ESG Meningkat
Salah satu negara yang memanfaatkan tren bunga negatif adalah pemerintah Korea Selatan. Senin (4/9), Korea Selatan mulai memasarkan obligasi Samurai pertamanya. Ini menjadi sebagai tanda awal bahwa Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol membuat hubungan baik dengan Jepang. Pada penawaran obligasi perdananya ini, sumber Bloomberg menyebut pemerintah Korea Selatan mendapat yield yang lebih rendah ketimbang penerbit lain.
Ini karena pemerintah Korea Selatan memiliki peringkat tertinggi di antara negara-negara berkembang.
Penawaran obligasi Samurai pemerintah Korea Selatan ini cukup bersejarah dan menjadi bagian dari perbaikan hubungan antara kedua negara sejak Yoon menjabat tahun lalu. Kedua belah pihak berusaha untuk mengatasi perselisihan yang terjadi selama beberapa dekade terakhir.
Sebelumnya pemerintah Korea Selatan, perusahaan-perusahaan di Korea Selatan lebih dulu menerbitkan surat utang dalam mata uang yen. Juli 2023 lalu, obligasi Samurai yang dirilis empat korporasi ditawarkan dengan nilai ¥ 20 miliar setara dengan US$ 145 juta. Dalam aksi korporasi ini, perusahaan yang membantu adalah Korea Investment & Securities Co.
Baca Juga: Inovasi Pembiayaan Berkelanjutan