kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.115.000   10.000   0,48%
  • USD/IDR 16.445   25,00   0,15%
  • IDX 8.003   44,96   0,57%
  • KOMPAS100 1.118   4,71   0,42%
  • LQ45 811   3,89   0,48%
  • ISSI 275   1,50   0,55%
  • IDX30 421   2,11   0,50%
  • IDXHIDIV20 487   1,48   0,30%
  • IDX80 123   0,52   0,43%
  • IDXV30 133   0,77   0,58%
  • IDXQ30 136   -0,04   -0,03%

Indeks Sentimen Industri Thailand Jatuh ke Level Terendah Dalam Tiga Tahun


Rabu, 17 September 2025 / 13:00 WIB
Indeks Sentimen Industri Thailand Jatuh ke Level Terendah Dalam Tiga Tahun
ILUSTRASI. A woman takes a picture of an electronic board displaying the stock market index at the Stock Exchange of Thailand (SET) in Bangkok, Thailand, April 9, 2025. REUTERS/Chalinee Thirasupa


Sumber: Reuters | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Indeks sentimen industri Thailand mengalami penurunan ke level terendah dalam tiga tahun pada bulan Agustus, menurut laporan Federasi Industri Thailand (FTI) yang dirilis Rabu (17/9). Penurunan ini dipicu kekhawatiran terhadap ketidakpastian politik dalam negeri, penguatan nilai tukar baht, serta tarif perdagangan dari Amerika Serikat.

FTI melaporkan indeks sentimen industri turun menjadi 86,4 pada bulan Agustus, dari sebelumnya 86,6 di Juli. Ini merupakan angka terendah dalam 37 bulan terakhir. Penurunan ini menandai penurunan selama enam bulan berturut-turut. Survei dilakukan sebelum parlemen Thailand memilih Anutin Charnvirakul sebagai perdana menteri awal bulan ini.

"Kami melihat sisi positif dari kabinet yang baru ini, yaitu masa jabatannya yang singkat. Hal ini bisa mendorong pemerintah untuk bekerja lebih fokus dan sungguh-sungguh," ujar Wakil Ketua FTI, Nava Chantanasurakon, dalam sebuah konferensi pers. Ia menambahkan, jika pemerintah mampu memprioritaskan dan melaksanakan usulan sektor swasta secara efektif, maka indeks ini akan membaik dibandingkan bulan Agustus.

Baca Juga: Bangkok Jadi Kota Terbaik untuk Tinggal Menurut Gen Z, Ini Alasannya

Anutin sebelumnya menyatakan niatnya untuk memperkuat ekonomi Thailand yang sedang lesu dan berkomitmen untuk mengatasi penguatan baht. Mata uang baht yang menguat hingga mencapai level tertinggi dalam empat tahun terhadap dolar AS telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku usaha, terutama eksportir beras. 

Tahun ini, baht tercatat menguat sebesar 8% terhadap dolar, menjadikannya mata uang dengan penguatan terbesar kedua di Asia.

Bank sentral Thailand telah menyatakan sedang mempertimbangkan sejumlah langkah untuk menahan penguatan baht, termasuk kemungkinan pengenaan pajak terhadap perdagangan emas.

Badan perencanaan negara memprediksi pertumbuhan ekonomi Thailand pada tahun ini hanya akan berada di kisaran 1,8% hingga 2,3%, lebih rendah dari pertumbuhan tahun lalu sebesar 2,5% yang sudah tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.

Sementara itu, Amerika Serikat telah memberlakukan tarif sebesar 19% terhadap barang-barang impor dari Thailand. Masih ada pula ketidakpastian terkait penerapan tarif terhadap barang-barang yang dikirim melalui Thailand dari negara ketiga. Untuk menghadapi perubahan aturan perdagangan ini, pemerintah Thailand berencana membentuk satuan tugas khusus pada bulan Oktober untuk menangani jutaan sertifikat asal barang (certificate of origin) yang akan diperlukan.

Selanjutnya: Hanya 12 SPBU di Tangerang-Cilegon-Serang Banten Jual Shell Super Hari Ini (17/9)

Menarik Dibaca: Ditopang Saham Grup Barito, IHSG Menutup Perdagangan Sesi I Naik 0,28%




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×