kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

India pangkas Pajak Badan dan PPN


Jumat, 20 September 2019 / 18:38 WIB
India pangkas Pajak Badan dan PPN
ILUSTRASI. Perdana Menteri India Narendra Modi


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -INDIA. Pemerintah India memangkas tarif pajak penghasilan (PPh) perusahaan menjadi sekitar 25% dari sebelumnya 30%. Insentif ini diberikan agar perusahaan kembali berinvestasi untuk mengangkat  ekonomi India yang ada di level terendahnya enam tahun terakhir.

Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman mengatakan kepada jurnalis,  termasuk Reuters, dengan tarif PPh di kisaran 25%, India bisa bersaing dengan negara-negara Asia. "Kebijakan ini berlaku tahun fiskal ini. Mereka juga bisa membayar PPh 22%, selama tidak menikmati fasilitas pajak lain," ujar Sithaman.

PPh badan dengan tarif 17%  juga akan diberikan kepada perusahaan baru yang dirikan pada atau setelah Oktober 2019 jika sudah produksi di 2023. "Bagi investor asing yang memiliki anak perusahaan India atau bermitra dengan perusahaan India juga bisa mendapatkan tarif pajak perusahaan yang lebih rendah," ujar Sitharaman. India juga tengah mempertimbangkan untuk memangkas pajak pertambahan nilai atau PPN atas 22 produk.

Berbagai fasilitas ini diberikan demi memenuhi janji Perdana Menteri Narendra Modi menciptakan pertumbuhan, lapangan kerja, dan mendorong industri manufaktur. "Langkah untuk memotong pajak perusahaan adalah bersejarah. Ini akan memberikan stimulus besar untuk #MakeInIndia, menarik investasi swasta dari seluruh dunia, meningkatkan daya saing sektor swasta kami, menciptakan lebih banyak pekerjaan dan menghasilkan win-win untuk 1,30 miliar orang India, "kata Modi dalam Twitter.

Gubernur Reserve Bank of India Shaktikanta Das mengatakan langkah-langkah yang dilakukan pemerintah India sangat baik untuk ekonomi. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi tahunan India jatuh ke level terendah 25 kuartal dari 5% pada periode April-Juni. "Tarif pajak baru  ini akan membawa kita lebih dekat ke tarif pajak yang berlaku di bagian dunia ini,” ujar Das dalam sebuah forum dengan investor.

Dus, pasca pengumuman pemangkasan tariff PPh Badan, saham India melonjak lebih dari 6% dan ini menjadi hari terbaik lebih dari satu dekade setelah pemerintah mengumumkan pemotongan pajak untuk menghidupkan kembali pertumbuhan yang lesu di ekonomi terbesar ketiga di Asia itu. Rupee INR = D4 juga menguat 0,9% menjadi 70,68 terhadap dolar, level terkuat sejak 9 Agustus. "Ini lebih besar (berita) dari 20 anggaran terakhir," kata Samir Arora, Fund Manager Helios Capital dalam tweetnya.

Uday Kotak, kepala Bank Kotak Mahindra, mengatakan di Twitter bahwa mengurangi tarif pajak perusahaan menjadi 25% adalah reformasi besar-besaran. “Ini menandakan bahwa pemerintah kita berkomitmen untuk pertumbuhan ekonomi dan mendukung perusahaan patuh pajak yang sah. Langkah berani, progresif meneruskan, "cuit dia.

Jimeet Modi, pendiri dan CEO Samco Securities dan Stocknote di Mumbai juga menyebut, perusahaan-perusahaan di bidang keuangan konsumen, bank, dan hotel yang membayar pajak hingga 32% akan mendapatkan manfaat maksimal, dari pelonggaran pajak ini.

Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi melonjak ke level hamper sama dalam tiga bulan.  Imbal hasil obligasi 10-tahun naik menjadi 6,84% dari 6,57% sebelum pengumuman menteri keuangan.

Spekulasi pemerintah harus meminjam lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan pengeluarannya tahun ini tahun ini merebak. Pasalnya, keputusan memangkas pajak berarti hilangnya pendapatan  begara sebesar 1,45 triliun rupee untuk tahun berjalan. Risiko kehilangan target defisit fiskal 3,3% juga meningkat secara signifikan karena pertumbuhan penerimaan pajak sudah lemah.

Meski begitu, banyak analis meminta India waspada. Keputusan reformasi pajak akan mendorong konsumsi konsumen, yang telah terpukul. "Saya tidak yakin bagaimana tarif pajak yang lebih rendah akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan belanja modal, ketika mesin konsumsi swasta kehilangan tenaga," kata Rupa Rege Nitsure, kepala ekonom L&T Financial Services.  Saat ini, industri-industri utama seperti otomotif dan konstruksi telah menahan investasi karena permintaan yang merosot.




TERBARU

[X]
×