kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia dan Malaysia kompak keberatan atas program kapal selam nuklir AUKUS


Senin, 18 Oktober 2021 / 15:11 WIB
Indonesia dan Malaysia kompak keberatan atas program kapal selam nuklir AUKUS
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyaksikan Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah membubuhkan tanda tangan sebelum pertemuan bilateral di Gedung Pancasila Kemenlu, Jakarta, Senin (18/10/2021).


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dan Malaysia menyatakan keberatan atas keputusan aliansi AUKUS untuk menghadirkan kapal selam nuklir ke Australia, meskipun tidak ada senjata nuklir yang digunakan.

Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah menyampaikan keberatan tersebut dalam konferensi pers pasca pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi di Jakarta, Senin (18/10).

Mengacu pada AUKUS, perjanjian keamanan antara Australia, Inggris, dan AS, Saifuddin mengatakan, kedua negara sama-sama khawatir tentang konsekuensinya.

"Kami sepakat soal isu terbaru di kawasan mengenai negara di dekat kami yang membeli kapal selam bertenaga nuklir baru. Meskipun negara itu tidak memiliki kapasitas untuk senjata nuklir, kami khawatir dan risau," ungkap Saifuddin, seperti dikutip Reuters.

Pakta keamanan AUKUS lahir sebagai respons atas meningkatnya ketegangan di Laut China Timur dan Selatan, kawasan perairan yang menopang jalur perdagangan senilai triliunan dollar AS.

Baca Juga: Filipina mendukung program pengadaan kapal selam nuklir Australia demi melawan China

Berbeda dengan dua mitranya di ASEAN, Filipina, yang dekat dengan AS, telah menyatakan dukungannya terhadap AUKUS. Filipina mengatakan, perjanjian tersebut bisa menjadi penyeimbang untuk menghadapi China yang semakin tegas.

Di luar masalah AUKUS, kedua menteri luar negeri Malaysia dan Indonesia juga menyatakan kekecewaannya terhadap junta Myanmar yang belum menunjukkan kemajuan dalam melaksanakan rencana perdamaian yang disepakati dengan ASEAN.

Hari Jumat (15/10), ASEAN memutuskan untuk mengecualikan pimpinan junta Min Aung Hlaing dari pertemuan regional yang akan datang. Di saat yang bersamaan, Retno menegaskan, ASEAN akan terus menawarkan bantuan kemanusiaan ke Myanmar. 

Pada pertemuan Senin, Saifuddin dan Retno juga sedang berdiskusi tentang dibukanya koridor perjalanan antara Indonesia dan Malaysia, dan telah sepakat untuk menyelesaikan perbatasan laut maritim di Malaka Selatan dan Laut Sulawesi.

Selanjutnya: Militer Myanmar melarang utusan khusus ASEAN untuk bertemu Aung San Suu Kyi





[X]
×