Sumber: New York Times | Editor: Yuwono triatmojo
Siapa yang tidak kenal Tupperware? Produk perlengkapan rumahtangga dari kemasan plastik berkualitas tinggi yang diproduksi Tupperware Brands Corporation ini tidak hanya popular dan diburu karena kualitasnya. Namun Tupperware juga menjanjikan peluang bisnis keagenan yang bisa mendatangkan tambahan pendapatan, terutama bagi para ibu rumahtangga.
Berdasarkan data kinerja kuartal IV-2014, penjualan Tupperware Brands Corp tumbuh 6% dari periode yang sama tahun 2013 menjadi US$ 680 juta. Rick Goings, Chairman sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Tupperware mengaku, penjualan di negara-negara emerging market menyumbang hingga 64% dari total pendapatan.
Masih dari laporan Tupperware Brands Corp., bisnis Tupperware di Indonesia pada kuartal IV-2014 melesat 16%, menempati posisi kedua di bawah pertumbuhan China yang sebanyak 20%. Indonesia pun memegang posisi kunci terhadap pendapatan Tupperware Brands Corp.
New York Times, Minggu (1/3) mewartakan, Indonesia kini menjadi pangsa pasar terbesar Tupperware di dunia, dengan nilai kontribusi hampir separuh dari total penjualan di seluruh dunia. Posisi Indonesia menyalip Jerman sejak dua tahun silam dalam hal pangsa pasar.
Perusahaan yang bermarkas di Orlando, Amerika Serikat (AS) ini memang jeli memanfaatkan pertumbuhan masyarakat kelas menengah atas di Indonesia. Tidak hanya sebagai konsumen, masyarakat pun tergiur iming-iming keuntungan bila bergabung menjadi agen penjual produk. "Ada puluhan juta perempuan di Indonesia saat ini yang tidak bekerja dan potensial menjadi konsumen sekaligus tenaga penjual," ucap Emma Allen, ekonom Organisasi Buruh Internasional (ILO).
Sitem penjualan Tupperware di Indonesia pun sedemikian masif. Pemasarannya masuk melalui wadah perkumpulan arisan dan kegiatan kemasyarakatan lain. Kini, Tupperware memiliki sekitar 250.000 tenaga pemasaran di Indonesia yang umumnya dari kalangan ibu rumahtangga. Jumlah itu hampir mencapai 10% dari total tenaga pemasaran Tupperware di seluruh dunia yang tercatat sebanyak 2,9 juta.
Dalam laporannya, New York Times mengisahkan perjalanan hidup Amelia, seorang manajer regional Tupperware Indonesia yang sebelumnya mengelola sebuah restoran di Jakarta. Saat ini, Amelia mengaku mengantongi pendapatan bersih US$ 2.400 atau sekitar Rp 30 juta per bulan dari berbisnis Tupperware.
Jumlah tersebut, diakui Amelia, setara enam kali lipat dari hasil yang diperolehnya saat mengelola restoran. "Awalnya suami saya keberatan saya berjualan Tupperware karena diyakini akan mengganggu pengelolaan restoran," kenang Amelia.
Rick Goings menyatakan, banyak bermunculan kalangan menengah atas baru dari bisnis Tupperware ini. "Perempuan di Asia yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan bekerja, kini memiliki peluang bersama Tupperware," kata Rick.