kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri elektronik lokal didorong untuk ekspor ke Amerika Serikat (AS)


Rabu, 26 Juni 2019 / 09:31 WIB
Industri elektronik lokal didorong untuk ekspor ke Amerika Serikat (AS)


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi ekspor produk elektronik Indonesia ke Amerika Serikat (AS) semakin besar. Di tengah kondisi perang dagang China-AS yang semakin memanas, industri dalam negeri diharapkan dapat mencuil prospek memasarkan produk elektroniknya di negeri Paman Sam itu.

Janu Suryanto, Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memaparkan  bahwa nilai impor AS adalah yang terbesar di dunia, salah satunya untuk produk elektronik. Merujuk data yang disajikan Kemenperin, di tahun lalu saja nilai impor AS mencapai US$ 2,24 triliun dengan porsi produk elektronik mencapai 28%.

Kategori produk elektronik yang mempunyai nomor HS 84 dan 85 tersebut masing-masing memiliki nilai US$ 315,43 miliar dan US$ 335,8 miliar, diperkirakan nilai ini akan terus meningkat setiap tahunnya. Sedangkan penyuplai kebutuhan impor kedua HS tersebut masih didominasi China sebanyak 32% hingga 40%, sisanya diisi oleh beberapa negara Asia dan Meksiko.

Bahkan di HS 85 saja Malaysia dapat mencuil nilai impor US$ 18 miliar di tahun kemarin. "Padahal kalau mau dilihat, negara kita ini lebih besar dan punya kemampuan yang tidak kecil untuk memproduksi elektronika," ujar Janu saat acara FGD Peningkatan Ekspor Elektronika Indonesia ke Amerika Serikat (AS), Selasa (25/6).

Janu tak merinci soal target ekspor elektronik Indonesia ke AS dalam waktu dekat, namun yang pemerintah harapkan katanya para perusahaan lokal elektronik Indonesia dapat segera mengupayakan kerjasama dengan AS untuk memasukkan produknya kesana.

"Pemerintah sudah support, tentu akhirnya kembali kepada pelaku industri dalam negeri sendiri," sebut Janu. Untuk itu Kemenperin cukup gencar mempromosikan beberapa insentif kepada dunia usaha, selain menggali potensi pengembangan lainnya.

Sementara itu, perusahaan manufaktur perangkat elektronik dan smartphone seperti PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN) sudah mulai merambah pasar AS dengan produksi smarthome Apple yang merupakan pengalihan manufaktur Pegatron ke Indonesia.

Abidin, Direktur Utama PTSN menceritakan bahwa perusahaannya terus bekerja keras agar dapat menarik Pegatron untuk mau berinvestasi di Indonesia.

"Kami juga pasang badan untuk mereka, belum lagi birokrasi seperti bea cukai di Batam juga kadang menjadi tantangan tersendiri," ujar Abidin dalam FGD tersebut, Selasa (25/6).

Industri elektronik lokal pun diharapkan dapat aktif untuk menarik hati investor asing, selain dari sisi pemerintah ada beberapa regulasi yang harusnya dapat lebih efisien bagi masuknya investasi di Indonesia.

Dengan bertambahnya segmen pasar PTSN di luar negeri, perusahaan kata Abidin masih terus melanjutkan ekspansi. Sebelumnya perusahaan tengah merampungkan perluasan pabrik di pertengahan Januari 2019 ini yang nilainya mencapai Rp 148 miliar.

Saat ini perusahaan memiliki 13 pabrik dan 2 subsider. Di 2019 ini PTSN akan merampungkan pembangunan satu pabrik lagi yang berada di kawasan sama dengan pabrikan lainnya, luas bangunan disiapkan sebesar 32.500 meter persegi dan ditargetkan rampung Desember tahun ini.

Sedangkan perusahaan manufaktur elektronik, PT Skyworth Indonesia juga tengah menjajal ekspor ke AS tahun ini. Perusahaan asal China ini memproduksi beberapa jenis produk elektronik seperti televisi merek Coocaa, dan yang terbaru ialah vape dan device vape (rokok elektrik).

Munadi, Manajer Export-Import PT Skyworth Indonesia mengatakan bahwa perseroan berniat mengekspor produk vape ke AS. "Dari kapasitas 100.000 pieces per bulannya, rencananya sebanyak 60.000 pieces untuk pasar ekspor," ujarnya saat FGD berlangsung.

Saat ini ekspor baru menyusuri pasar Asean, dan bidikan untuk ke AS akan digelar sesegera mungkin. Meski kata Munadi, beberapa peraturan seperti persoalan bea cukai ketika akan dikirim masih menyulitkan proses pengiriman barangnya ke luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×