Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
BEIJING. Ungkapan layu sebelum berkembang agaknya tepat menggambarkan ambisi China menguasai industri panel surya. Setelah menggelontorkan dana subsidi sebesar US$ 47,5 miliar, nasib industri panel surya China berada di ujung tanduk.
Coba tengok kota Xinyu di sebelah tenggara China.
Negeri Tiongkok itu mengkhususkan Xinyu sebagai pusat pengembangan industri panel surya. Namun, ambisi China menggeser industri panel surya Jerman, Jepang dan Amerika Serikat (AS) tidak berjalan sesuai harapan. Sebab, saat ini, hanya lima produsen tenaga surya yang berdiri tegak di komplek industri panel surya Xinyu. Padahal pemerintahan China membangun Xinyu dengan tujuan membesarkan sekitar 170 produsen panel surya.
Dalam dua tahun belakangan, industri panel surya Xinyu menderita kerugian. "Ada banyak perusahaan panel surya yang seperti zombie di luar sana. Satu per satu akan bangkrut," ujar Angelo Zino, Analis S&P Capital IQ di New York, mengutip Bloomberg, Senin (9/9). Zino memprediksi, sekitar 10 perusahaan - 12 perusahaan panel surya di China bakal kolaps ataupun merger dalam waktu dekat.
Ambisi China merajai pasar panel surya telah membuat pemerintah jor-joran menghabiskan dana besar. Sayang, perusahaan panel surya sangat tergantung pada bantuan keuangan pemerintah. Contoh, LDK Solar Co dan Suntech Power Holdings Co.
Harga merosot
Kinerja perusahaan memble karena kompetitor, yakni Eropa dan AS memberikan insentif untuk energi terbarukan. Alhasil, produsen meningkatkan produksi yang berujung pada penurunan harga. Di tahun 2010, harga sel surya sekitar US$ 3 per watt. Namun, saat ini harganya merosot menjadi US$ 41 sen per watt.
Suplai berlebihan tidak diiringi permintaan. Sepanjang tahun 2012, permintaan panel surya hanya 30,5 gigawat atau 10 kali lipat dari tahun 2007. Permintaan yang minim juga membuat perusahaan energi terbarukan kelebihan kapasitas produksi. Dus, pendapatan yang sedikit memaksa perusahaan panel surya terbelit utang jumbo.
Namun, Pemerintah China terus berupaya menggenjot permintaan dengan aturan satu pabrik panel surya di tiap kota atau sekitar 600 kota. "Perusahaan tutup karena tidak ada keuntungan yang bisa didapat di sini," ujar Ou Xiaoliang, karyawan Money Leopard New Energy. Catatan, China menjajal industri panel surya sejak tahun 2004. China menempati peringkat delapan dari 10 negara produsen panel surya.