kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri properti melambat, permintaan logam China makin turun


Kamis, 01 November 2018 / 20:54 WIB
 Industri properti melambat, permintaan logam China makin turun
ILUSTRASI. Pabrik baja Wuhan Iron & Steel


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perlambatan industri properti China makin menggeruskan permintaan logam yang telah dihantam oleh perang dagang dengan AS. Sebelumnya logam sudah ditekan oleh penguatan dollar AS.

Hal ini menyebabkan kerugian bagi industri logam untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir. Hal ini diungkapkan unit GMK Holding Co yang memiliki peleburan tembaga swasta terbesar di China.

"Penurunan dalam penjualan properti saat ini akan menjadi masalah untuk kurung waktu yang agak lama. Hal ini juga akan membuat investasi front-end melambat secara bertahap," ujar Jiang Hang, kepala riset investasi komoditas di GM Corporation Ltd seperti diberitakan Bloomberg pada Kamis (1/11).

GM adalah unit investasi GMK yang memiliki pabrik tembaga Xiangguang di Shandong.

Inflasi harga rumah China melambat pada bulan September untuk pertama kalinya dalam setengah tahun ini. Hal ini juga dipicu oleh pembatasan perumahan pemerintah.

Lanjut Jiang, hal ini menjadi bukti bahwa perang dagang mempengaruhi ekonomi dan konsumsi logam. Tecermin dari data pemerintah mencatat penurunan pengiriman unit pendingin udara sebesar 8,5% secara tahunan pada September 2018.

Indeks pembelian manufaktur China turun pada bulan Oktober. Begitupun untuk pesanan baru keperluan ekspor terkait manufaktur menjadi terendah sejak awal 2016.

"Dollar yang lebih kuat menyebabkan pelemahan di berbagai sektor, diikuti oleh kelemahan dari Yuan, Semua komoditas akan mengalami tekanan dalam jangka panjang," tambah Jiang.

Yuan jatuh ke level terendah pada tahun ini dan Indeks Spot Dollar Bloomberg naik tertinggi sejak Mei 2017. London Metal Exchange mewakili enam logam jatuh sekitar 16% tahun ini. Hal ini menyebabkan logam mengalami kerugian pertama sejak 2015.

Meskipun bearish untuk jangka panjang, Jiang mengatakan pasar masih berada pada ketidakpastian dalam enam bulan mendatang. Namun pembangunan infrastruktur akan dapat mendorong industri logam.

Chief Executive Officer Rio Tinto Group, Jean Sebastien Jacques mengatakan permintaan pemesanan bahan mentah China termasuk besi, bijih besi, dan tembaga masih akan besar.

"Apakah pengembang properti China akan membangun rumah untuk mengisi ketersediaan rumah setelah bertahun-tahun dibatasi? Jika mereka melakukannya, bagaimana skala permintaan logam. Saya mengharapkan permintaan logam dapat meningkat," tutur Jiang.

Jiang mengatakan nikel akan bullish. Lantaran pasar global diperkirakan akan tetap defisit tahun depan. Hal ini disebabkan oleh konsumen China menuntut nilai yang lebih tinggi dari baja tahan karat. Sehingga membutuhkan lebih banyak logam.

Selain itu, dorongan permintaan juga diharapkan dari sektor kendaraan listrik yang sedang booming.




TERBARU

[X]
×