kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah penyebab Covid-19 di India susah ditangani


Kamis, 06 Mei 2021 / 05:37 WIB
Inilah penyebab Covid-19 di India susah ditangani
ILUSTRASI. Inilah penyebab Covid-19 di India susah ditangani


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - New Delhi. India kewalahan menangani pandemi Covid-19. Ketidaksiapan pemerintah dan tradisi masyarakat menyulitkan penanganan Covid-19 di India.

Total kasus Covid-19 di India sudah melewati 20 juta, berdasarkan data yang dipaparkan secara resmi. Pada Selasa (4/5/2021) AFP melaporkan, "Negeri Bollywood" melaporkan 357.229 kasus, membuat total kasusnya berada di angka 20,3 juta.

Dengan tambahan korban meninggal harian mencapai 3.449, membuat kematian total berada di 222.408. Sementara menurut laporan DW, para ahli mengatakan angka sebenarnya di seluruh negara Asia Selatan itu mungkin lima hingga 10 kali lebih tinggi dari penghitungan resmi.

Pihak berwenang terkejut dengan ganasnya gelombang virus terbaru di negara itu. India menghadapi kesulitan besar dalam memastikan persediaan medis yang cukup, mulai dari sumber daya seperti oksigen medis, obat-obatan penting, dan tempat tidur rumah sakit.

Pemerintah Delhi juga berjuang menemukan strategi yang efektif untuk mengekang penyebaran virus. Terlepas dari itu, tugas paling menantang yang mereka hadapi adalah berita palsu, teori konspirasi, dan informasi belum diverifikasi, yang beredar di platform media sosial dan aplikasi berbagi pesan.

Konten dalam pesan dan unggahan itu berkisar dari asal gelombang kedua di India, kemanjuran vaksin dan saran untuk meningkatkan kekebalan dengan menggunakan pengobatan tradisional. "Dari jumlah tersebut, informasi yang salah terkait kesehatan lebih umum dan beragam, diikuti oleh informasi yang salah terkait agama," Syed Nazakat, pendiri Health Analytics Asia, sebuah inisiatif pengecekan fakta, mengatakan kepada DW.

"Sebagian besar informasi kesehatan yang salah berkaitan dengan pandemi dan itu juga, ketika negara ini juga berada di tengah-tengah upaya vaksinasi besar-besaran," katanya.

Baca juga: Cara memperkuat sistem imun di tengah ancaman virus corona gelombang baru

Meremehkan sains

Pengamat dan aktivis mengatakan pihak berwenang belum mengambil tindakan yang cukup untuk menghentikan informasi yang salah ini. Faktanya, beberapa tokoh masyarakat dan pejabat senior sendiri bertanggung jawab atas tingginya infeksi saat ini.

Seperti yang terjadi pada pertengahan April, ketika jumlah kasus Covid-19 mulai meroket. V K Paul, merekomendasikan agar orang berkonsultasi dengan praktisi terapi alternatif, jika mereka memiliki penyakit ringan atau tanpa gejala.

Padahal dia merupakan pejabat senior pemerintah yang berada di garis depan respons virus corona. Dia juga menyarankan orang mengonsumsi "chyawanprash" (suplemen makanan), dan "kadha" (minuman herbal dan rempah-rempah) untuk meningkatkan kekebalan mereka.

Pernyataannya memicu kritik dari para dokter, yang mengatakan rekomendasi tersebut dapat mendorong orang mencoba terapi yang belum teruji, dan menunggu terlalu lama untuk mencari pertolongan medis. "Ini mengherankan dan menyesatkan. Ini akan mendorong orang untuk duduk di rumah, meminum ramuan tersebut dan pada saat mereka sampai di rumah sakit, semuanya akan terlambat," kata Rajan Sharma, mantan presiden nasional Asosiasi Medis India.

Apar Gupta, direktur eksekutif Internet Freedom Foundation, memiliki pandangan serupa. "Ketika Anda memiliki otoritas publik yang mendukung hal seperti itu, jelas ada kurangnya rasa hormat terhadap sains." Gupta memberi tahu DW.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×