Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Hendra Gunawan
FRANKFRUT. Unit bisnis milik Bayer AG, Covestro, berencana menawarkan saham perdana alias initial public offering (IPO). Perusahaan ini menargetkan bisa mengantongi dana sekitar € 2,5 miliar atau setara US$ 2,8 miliar dari IPO tersebut.
Jika Covestro berhasil mengantongi dana sesuai target, maka ini akan menjadi IPO terbesar kelima di Jerman.
Perusahaan asal Leverkusen ini berencana melepas 70,4 juta-94,3 juta saham, dengan harga € 26,50-€ 35,50 per saham akan. Reuters melaporkan, jumlah saham IPO ini setara dengan 34%-40% saham.
Usai menjual saham perdana tersebut, kepemilikan saham Bayer di Covestro akan berkurang hingga 60%.
Aksi penjualan saham tersebut akan dilakukan mulai minggu depan. Investor bisa mulai membeli saham IPO Covestro pada 21 September sampai 1 Oktober. Sementara perdagangan di bursa Frankfrut akan mulai dilakukan pada 2 Oktober 2015.
Covestro akan menggunakan dana IPO tersebut untuk membayar utang ke induk usaha, Bayer AG. Dana tersebut juga untuk memperluas bisnis perawatan kesehatan, kedokteran hewan dan pestisida pertanian.
Covestro merupakan perusahaan pembuat busa untuk kasur, polikarbonat untuk suku cadangan mobil dan peralatan medis.
Covestro dulunya dikenal sebagai unit usaha dari Bayer MaterialScience.
Tapi pada 18 September 2014, dewan direksi Bayer AG mengumumkan melepas saham Bayer MaterialScience di pasar saham. Dan, sejak 1 Juni 2015, Bayer mengumumkan Covestro sebagai perusahaan baru terpisah dari Bayer MaterialScience.
Bayer yakin, rencana IPO Covestro tidak akan terpengaruh menurunnya pasar saham Eropa. Bayer yakin, Covestro bisa melantai di bursa Frankfurt pada tahun ini.
Sebelumnya beberapa perusahaan menunda IPO karena gejolak bursa. Raindance Technologies Inc, misalnya, menunda IPO di Agustus 2015 menjadi Februari 2016.
Menurut Chief Executive Officer Covestro, Patrick Thomas, penjualan Covestro mencapai € 11,7 miliar tahun lalu. "Setelah IPO, kami akan menyebarkan kekuatan kami lebih cepat, efektif dan fleksibel untuk terus membangun tingkat kompetitif kami," ujar Thomas dalam pernyataan yang dikutip Bloomberg.