Sumber: Reuters | Editor: Dessy Rosalina
WASHINGTON. Ketika menghitung hari menjelang masa pensiun, Ben Bernanke memberikan kejutan kepada para investor bursa saham di seluruh dunia. Kado perpisahan gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, itu adalah pengurangan stimulus lanjutan.
Pada Rabu (29/1) lalu, Bernanke mengumumkan pengurangan stimulus sebesar US$ 10 miliar. Pasca keputusan ini, setiap satu paket stimulus yang dikucurkan The Fed, bakal berkurang menjadi US$ 65 miliar.
Alasan The Fed adalah perekonomian AS mulai menunjukkan perbaikan. "Aktivitas ekonomi menunjukkan perbaikan di kuartal terakhir. Pasar tenaga kerja juga terus membaik," tulis The Fed. Jack Ablin, Direktur Investasi BMO di Chicago, mengatakan, kebijakan anyar bank sentral itu menunjukkan tekad bulat regulator mengurangi perekonomian AS dari ketergantungan stimulus.
Sementara konsensus analis Wall Street yang dihimpun Reuters menebak, The Fed bakal mengakhiri stimulus pada akhir 2014. Di sisi lain, analis meyakini The Fed bakal tetap mempertahankan suku bunga acuan di level rendah hingga kuartal III 2015.
The Fed berjanji, kebijakan suku bunga rendah menjadi senjata andalan untuk melonggarkan moneter.
Patokan The Fed, sukubunga bakal naik andai tingkat pengangguran berada di bawah level 6,5%. Saat ini tingkat pengangguran sebesar 6,7%. Indikator lain yang menjamin kebijakan suku bunga rendah adalah laju inflasi. Target The Fed, selama inflasi berada di bawah 2% maka suku bunga tetap murah.
Sejatinya, kebijakan Bernanke ini merupakan pengurangan stimulus kedua. Bernanke memangkas paket stimulus pada pertemuan bulanan The Fed pada 17-18 Desember 2012 lalu. Kala itu, The Fed mengurangi stimulus sebesar US$ 10 miliar dari sebelumnya US$ 85 miliar.
Keputusan Bernanke terbaru ini sekaligus menandai berakhirnya masa tugas sebagai orang nomor satu di The Fed. Pada pertemuan bulanan 18-19 Maret nanti, arah kebijakan The Fed berada di tangan Janet Yellen.
Yellen resmi menjadi pengganti Bernanke sebagai gubernur The Fed pada 7 Januari lalu. Yellen maju sebagai kandidat penggantisejak November 2013, pasca mendapatkan restu dari Presiden AS Barack Obama.