kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Karya Masriadi Mendongkrak Lukisan Kontemporer Indonesia


Jumat, 29 Agustus 2008 / 20:36 WIB


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

SINGAPURA. Harga saham, obligasi, reksadana, bahkan nilai mata uang sekarang serba turun. Tapi, ada satu investasi alternatif dari dalam negeri yang kini nilainya meroket: lukisan kontemporer.  

Ceritanya, para kolektor seni sekarang merasa harga lukisan China sudah terlalu mahal. Jadi, mereka mencari lukisan yang harganya masih terjangkau namun memiliki kualitas yang tak kalah jauh.

"Kolektor luar lalu melihat lukisan karya perupa Indonesia punya kualitas sejajar," kata Oei Hong Djien, pecinta lukisan asal Semarang yang menjadi kolektor lukisan terbesar di Indonesia. Nah, Salah satu pelukis lokal yang kini karyanya menjadi buruan para kolektor adalah I Nyoman Masriadi.

Dalam dua tahun, nama Masriadi melesat dalam seni kontemporer Indonesia. Tahun 2006, lukisan Masriadi ditawarkan pada sebuah lelang dengan harga US$ 1.088 dan tak ada yang membeli. Tapi Mei 2008, lukisannya yang berjudul Sudah Biasa Ditelanjangi laku HK$ 4,2 juta (US$ 538.000) di lelang Christie's International. Ini memecahkan rekor termahal lukisan kontemporer Asia Tenggara.

Masriadi kini tengah menggelar pameran tunggal pertamanya berjudul Black is My Last Weapon di Singapore Art Museum. Ia memamerkan 32 karyanya yang telah dimiliki oleh kolektor pribadi, termasuk Oei. "Banyak orang menilai Masriadi adalah jawaban Indonesia atas lukisan kontemporer China," kata Michael Koh, Chief Executive Officer National Heritage Board Singapura.

Permintaan lukisan Indonesia pun kini makin bertambah. Selain Masriadi, pelukis yang karyanya juga meledak di pasar lukisan antara lain Agus Suwage, Putu Sutawijaya, Rudi Mantofani, Yunizar, dan Handiwirman Saputra.

Namun, sejumlah kolektor dan pengamat melontarkan kekhawatirannya, lonjakan harga yang pesat plus perlambatan ekonomi global bakal mengoreksi harga lukisan kontemporer Asia Tenggara. Namun, ada pula yang berpendapat, kondisinya masih jauh dari bubble. Sebab, harga lukisan kontemporer Asia Tenggara masih belum semahal lukisan kontemporer China atau India.

Mana yang akan menjadi kenyataan? Kita tunggu saja dari lelang-lelang lukisan Indonesia selanjutnya. Oktober nanti, Masriadi akan memajang lukisan terbarunya, Lelaki dari Bantul - Babak Terakhir pada lelang lukisan Asia Sotheby's di Hongkong. Lukisan itu kini mencatat batas perkiraan harga atas senilai US$ 192.000.




TERBARU

[X]
×