kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kecelakaan Udara Terburuk di Nepal Setelah Hampir Lima Tahun, 44 Orang Tewas


Minggu, 15 Januari 2023 / 19:59 WIB
Kecelakaan Udara Terburuk di Nepal Setelah Hampir Lima Tahun, 44 Orang Tewas
Tim penyelamat bekerja untuk mengevakuasi jenazah di lokasi jatuhnya pesawat yang membawa 72 orang di Pokhara, Nepal barat, 15 Januari 2023.


Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - KATHMANDU. Sebuah penerbangan domestik jatuh di Pokhara, Nepal, pada Minggu (15/1). Seorang pejabat otoritas penerbangan mengatakan, kecelakaan ini merupakan yang terburuk setelah hampir 5 tahun terahir. Ada 44 orang tewas dalam kecelakaan tersebut.

Menurut Jagannath Niroula, juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Nepal, ratusan petugas penyelamat menelusuri lereng bukit tempat penerbangan Yeti Airlines, pesawat jatuh yang membawa 72 orang dari ibu kota Kathmandu.

"Tiga puluh mayat telah ditemukan dan dikirim ke rumah sakit," kata Niroula kepada Reuters. Sebanyak 14 korban lainnya masih ada di lokasi kecelakaan dan pihak berwenang membawa derek untuk memindahkannya.

Berita TV lokal menampilkan petugas penyelamat berebut di sekitar bagian pesawat yang rusak. Beberapa wilayah di dekat lokasi kecelakaan hangus dengan kobaran api yang besar.

Baca Juga: Di 2023 Paspor Indonesia Bebas Visa Kunjungi 71 Negara, Ini Daftarnya!

Pejabat polisi Ajay K.C. mengatakan, penyelamat kesulitan mencapai lokasi di jurang antara dua bukit dekat bandara kota turis itu.

Menurut otoritas penerbangan dalam sebuah pernyataan, pesawat tersebut melakukan kontak dengan bandara dari Seti Gorge pada pukul 10.50 (12.50 WIB), Setelah itu, pesawat tersebut jatuh.

"Separuh badan pesawat berada di lereng bukit," kata Arun Tamu, seorang warga setempat. Dia mengatakan kepada Reuters bahwa dia tiba di lokasi beberapa menit setelah pesawat jatuh. Separuh badan pesawat lainnya telah jatuh ke ngarai Sungai Seti.

Baca Juga: Ini Dia 20 Maskapai Teraman di Dunia Tahun 2023

Khum Bahadur Chhetri mengatakan dia menyaksikan dari atap rumahnya saat pesawat mendekat. "Saya melihat pesawat seperti berguncang, bergerak ke kiri dan ke kanan, lalu tiba-tiba moncong pesawat menukik dan jatuh ke jurang," kata Chhetri.

Chhetri juga mengatakan bahwa penduduk setempat membawa dua penumpang ke rumah sakit.

Menteri Keuangan Nepal Bishnu Paudel mengatakan bahwa pemerintah telah membentuk sebuah panel untuk menyelidiki penyebab kecelakaan itu dan diperkirakan akan melaporkannya dalam waktu 45 hari.

Baca Juga: Tegang, Jet Tempur China Hanya Berjarak 3 Meter dari Pesawat Militer AS

Kecelakaan ini adalah yang salah satu yang paling mematikan di Nepal sejak Maret 2018, ketika penerbangan turboprop US-Bangla Dash 8 dari Dhaka jatuh saat mendarat di Kathmandu, menewaskan 51 dari 71 orang di dalamnya.

Sedikitnya 309 orang telah tewas sejak tahun 2000 dalam kecelakaan pesawat atau helikopter di Nepal. Uni Eropa telah melarang maskapai penerbangan Nepal dari lintas udaranya sejak 2013 dengan alasan masalah keamanan.

Kata juru bicara maskapai Sudarshan Bartaula, ada 72 dua bayi dan empat awak yang berada di pesawat bermesin ganda ATR itu. Lalu, ada orang India, empat orang Rusia, satu orang Irlandia, dua orang Korea Selatan, satu orang Australia, satu orang Prancis, dan satu orang Argentina.

Baca Juga: KNKT Mengungkap Penyebab Utama Kecelakaan Tragis Sriwijaya Air SJ-182 Awal Tahun 2021

Menurut situs resmi maskapai tersebut, ATR72 merupakan pesawat buatan Eropa. Pesawat tersebut merupakan turboprop bermesin ganda yang banyak digunakan dan diproduksi oleh perusahaan patungan Airbus dan Leonardo Italia. Yeti Airlines memiliki enam armada pesawat ATR72-500.

"Ahli ATR sepenuhnya terlibat untuk mendukung penyelidikan," kata perusahaan itu di Twitter. Namun, Airbus dan Leonardo tidak segera menanggapi komentar-komentar yang muncul.

Situs pencarian penerbangan Flight Radar24 mengatakan di Twitter bahwa pesawat Yeti Airlines sudah berusia 15 tahun dan memiliki transponder tua dengan data yang tidak dapat diandalkan.

"Kami mengunduh data beresolusi tinggi dan memverifikasi kualitas datanya," ungkap Flight Radar24.




TERBARU

[X]
×