Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - BOGOTA. Ketua federasi sepak bola Kolombia berusia 71 tahun dan putranya ditangkap di Miami, dituduh berkelahi dengan petugas keamanan setelah final Copa America yang diwarnai kericuhan di sekitar stadion, demikian konfirmasi dari kepolisian Miami-Dade pada hari Senin (15/7).
Pertandingan final pada hari Minggu (14/7) yang dimenangi oleh Kolombia atas Argentina itu dimulai lebih dari satu jam setelah polisi memberlakukan penutupan akses masuk yang mengakibatkan ratusan penggemar terjebak di luar Stadion Hard Rock, Florida.
Video di media sosial menunjukkan petugas keamanan bergumul dengan para penggemar yang mencoba menerobos gerbang. Baik Ramon Jeserun, presiden federasi, dan putranya yang berusia 43 tahun, Ramon Jamil, ditangkap setelah pertengkaran di stadion tak lama setelah tengah malam, menurut laporan penangkapan oleh polisi Miami, yang mendakwa keduanya dengan tuduhan pemukulan.
Baca Juga: Ini Pernyataan Pelatih Kolombia Seusai Laga Final Copa America Melawan Argentina
Jeserun dan putranya didakwa setelah berkelahi dengan petugas keamanan di sebuah terowongan tempat berkumpulnya media setelah pertandingan, menurut laporan polisi, termasuk petugas keamanan berseragam yang ditugaskan untuk menahan kerumunan massa.
Menurut polisi, putra Jeserun mencengkeram leher penjaga tersebut dan menariknya ke tanah, di mana ia meninju dan menendang kepalanya. Federasi sepak bola Kolombia menolak berkomentar.
Lebih dari dua lusin penggemar ditangkap pada final Copa America hari Minggu dan lebih dari 50 orang diusir dari lokasi pertandingan, yang dihadiri oleh lebih dari 800 aparat penegak hukum.
Ini merupakan kali kedua AS menjadi tuan rumah turnamen sepak bola tim nasional terpenting di benua Amerika, yang didirikan lebih dari satu abad yang lalu.
Baca Juga: Copa America: Argentina Menang Lawan Kolombia 1-0 Melalui Perpanjangan Waktu
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Hard Rock Stadium mengatakan telah mempersiapkan pertandingan dengan meningkatkan jumlah petugas penegak hukum dan keamanan, dengan lebih dari dua kali lipat personel daripada acara stadion berkapasitas biasa.
Setelah gerbang ditutup dan dibuka kembali, pihak penyelenggara mengatakan, para penggemar terus terlibat dalam tindakan ilegal melawan petugas polisi, merobohkan tembok dan barikade serta merusak stadion, yang menyebabkan kerusakan properti yang signifikan.
Stadion ini berkapasitas lebih dari 65.000 orang dan dijadwalkan akan menjadi tuan rumah tujuh pertandingan di Piala Dunia 2026.