kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,53   -6,82   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kerugian gempa Lombok masih bisa terus bertambah


Rabu, 15 Agustus 2018 / 18:54 WIB
Kerugian gempa Lombok masih bisa terus bertambah
ILUSTRASI. TEMPAT PENGUNGSIAN KORBAN GEMPA LOMBOK


Reporter: Puspita Saraswati | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Berdasarkan data dari Kedeputian Rehabilitasi dan Rekontruksi BNPB yang masih melakukan hitung cepat dampak gempa Lombok, nilai kerugian per 13 Agustus 2018 mencapai Rp 7,45 triliun.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memastikan angka ini masih akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya data dampak kerusakan yang masuk ke Posko.

"Kerusakan dan kerugian akibat gempa di NTB mencapai 7,45 trilyun rupiah. Kerusakan dan kerugian ini meliputi sektor permukiman Rp 6,02 triliun, sektor infrastruktur Rp 9,1 miliar, sektor ekonomi produktif Rp 570,55 miliar, sektor sosial Rp 779,82 miliar, dan lintas sektor Rp 72,7 miliar. Sektor permukiman adalah penyumbang terbesar dari kerusakan dan kerugian akibat bencana yaitu mencapai 81%," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/8).

Menurutnya, BNPB masih akan menghitung berapa besar kebutuhan yang diperlukan untuk pemulihan dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Rencananya, akan ada lima sektor utama akan menjadi fokus untuk direvitalisasi diantaranmya yakni permukiman, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial dan lintas sektor. Dari kelima sektor tersebut, Ia memperkirakan besaran dana yang diperlukan di kisaran triliunan rupiah.

"Sebagian besar pendanaan berasal dari pemerintah pusat. Bantuan dari dunia usaha dan masyarakat sangat diperlukan untuk pemulihan ini. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi akan dilakukan selama dua tahun," tambahnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya melakukan pembangunan dengan memperhatikan aspek-aspek mitigasi bencana. Sebab, Lombok sebagai daerah rawan bencana dan gempabumi cenderung memiliki periode ulang. Menurutnya, dalam melakukan penataan ulang diperlukan penyesuaian terhadap peta bahaya gempa sekaligus bangunan yang harus mengikuti standar konstruksi tahan gempa.

"Pariwisata sebagai andalan devisa bagi NTB juga harus ditata ulang. Wisatawan perlu dibekali pemahaman pengetahuan kebencanaan dan fasilitas kepariwisataan juga dikaitkan dengan mitigasi bencana agar wisatawan mendapat pengetahuan bencana. Hotel di pantai juga sekalian dapat di manfaatkan sebagai shelter evakuasi saat ada peringatan tsunami dan kontruksinya tahan gempa," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×