kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45929,29   1,65   0.18%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kerugian kejahatan siber US$ 2,3 miliar


Sabtu, 09 April 2016 / 12:17 WIB
Kerugian kejahatan siber US$ 2,3 miliar


Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto

BOSTON. Kejahatan siber makin menjadi-jadi. Hasil investigasi yang dilakukan Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat atas kejahatan internet (cyber crime) menemukan jumlah kerugian yang dialami pebisnis dunia mencapai lebih dari U$ 2,3 miliar.

Kerugian tersebut selama periode tiga tahun yakni sejak Oktober tahun 2013 sampai Februari 2016. Investigasi FBI menemukan, praktik kejahatan siber yang menyasar perusahaan tersebut paling banyak menggunakan surat elektronik atau electronic mail (email).

Seperti yang dikutip Reuters, FBI mengeluarkan peringatan agar lebih berhati-hati jika menerima email yang meminta untuk mentransfer sejumlah uang. FBI mengimbau pebisnis untuk melapor kepada lembaga penegak hukum di seluruh dunia jika mendapatkan surat elektronik berisi permintaan transfer dana.

Menurut FBI, saat ini alur email bisnis tengah berkembang pesat dan menarik para penjahat dunia maya untuk mendapatkan keuntungan atas berkembangnya negosiasi bisnis via email. FBI melansir, korban email penipuan ini melibatkan 17.642 pebisnis di 79 negara.

Tom Brown, mantan Jaksa Federal Manhattan mengatakan, tingkat kejahatan siber terbilang tinggi karena melibatkan banyak pengguna email. Sementara pelaku kejahatan sulit terlacak.

Menurut Brown, aksi peretasan menyebabkan kerugian finansial yang signifikan. Para pelaku kejahatan juga terbilang canggih dalam melakukan penipuan. Hasil temuan FBI, penipu banyak menjelma sebagai perusahaan berbasis teknologi untuk organisasi non profit.

Dalam banyak kasus, target penipuan adalah perusahaan pemasok yang kerap melakukan pembayaran bisnis. Modus Adapun modus kejahatan siber adalah sang penipu mengirimkan email dan berkedok menjabat sebagai eksekutif di sebuah perusahaan.

Dalam email tersebut, penipu memposisikan diri sebagai bos dan meminta kepada staf atau pegawai perusahaan untuk mentransfer uang ke rekeningnya. Si penipu menggunakan akun email perusahaan yang telah diretas.

Dalam email yang masuk, permintaan transfer uang dana tersebut seolah perintah dari pimpinan perusahaan, pengacara perusahaan, atau vendor yang menjadi mitra perusahaan tersebut. Tidak hanya bermodal mengirimkan email, pelaku kejahatan siber bahkan sampai menelisik profil karyawan yang mengelola uang perusahaan.

FBI telah mengirimkan laporan investigasinya tersebut ke lembaga penegak hukum di dunia. Nilai kerugian kasus ini bervariasi. Perusahaan komponen pesawat Austria, FACC, menyebut, pada Januari lalu telah kehilangan uang sekitar U$ 55 juta dari aksi penipuan siber.

Sedangkan, sejumlah perusahaan di Arizona mengaku rugi berkisar antara U$ 25.000 sampai U$ 75.000. Kerugian masih bisa membesar. Sebab, menurut FBI, korban kejahatan ini terus meningkat.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Strategi Penagihan Kredit / Piutang Macet secara Dini & Terintegrasi serta Aman dari Jerat Hukum

[X]
×