Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia kembali mencatat penguatan pada perdagangan Selasa, seiring keputusan OPEC+ yang menaikkan produksi lebih kecil dari perkiraan, ekspektasi berlanjutnya aksi stokpile minyak oleh Tiongkok, serta kekhawatiran atas potensi sanksi baru terhadap Rusia.
Minyak mentah Brent naik 53 sen atau 0,8% menjadi US$66,55 per barel pada pukul 12.00 GMT, sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) menguat 54 sen atau 0,9% ke level US$62,80 per barel.
Keputusan Produksi OPEC+
Delapan anggota utama Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya (OPEC+) pada Minggu lalu sepakat untuk menambah produksi mulai Oktober sebesar 137.000 barel per hari (bph).
Baca Juga: Harga Minyak Melesat Usai OPEC+ Putuskan Kenaikan Produksi yang Moderat
Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan produksi pada Agustus dan September, yang masing-masing sekitar 550.000 bph.
Menurut analis Saxo Bank, Ole Hansen, harga minyak tetap bertahan karena ada spekulasi bahwa peningkatan produksi riil tidak akan sebesar angka yang diumumkan. Selain itu, Tiongkok diketahui terus membeli sekitar 500.000 bph untuk keperluan stokpile strategis.
Peran Stokpile Tiongkok
Aksi stokpile minyak oleh Tiongkok menjadi salah satu faktor penting yang menyerap kelebihan pasokan global sepanjang tahun ini. Menurut Chief Strategist dari perusahaan perdagangan komoditas Gunvor, langkah ini diperkirakan akan berlanjut dengan laju serupa hingga 2026.
Langkah Tiongkok dalam mengamankan cadangan energi nasional turut menopang harga minyak, terutama di tengah ketidakpastian geopolitik dan perlambatan produksi tambahan dari OPEC+.
Kapasitas Cadangan OPEC+ Menyusut
Faktor lain yang mendorong harga adalah semakin kecilnya kapasitas cadangan produksi (spare capacity) OPEC+. Analis UBS, Giovanni Staunovo, menilai keterbatasan cadangan produksi mengurangi kemampuan OPEC+ untuk merespons gangguan pasokan mendadak.
Ia menambahkan, realisasi penambahan pasokan pada Oktober kemungkinan hanya sekitar 60.000–70.000 bph, lebih rendah dari target, sekaligus menegaskan betapa terbatasnya ruang produksi yang dimiliki OPEC+.
Baca Juga: Rebut Kembali Pasar, OPEC+ Naikkan Produksi Minyak 137 Ribu Barel pada Oktober 2025
Dampak Potensi Sanksi Baru terhadap Rusia
Harga minyak juga mendapat dukungan dari kekhawatiran pasar terkait kemungkinan sanksi tambahan terhadap Rusia. Hal ini mencuat setelah serangan udara terbesar Rusia ke Ukraina yang menyebabkan kebakaran di sebuah gedung pemerintahan di Kyiv.
Presiden AS Donald Trump menyatakan siap melangkah ke fase kedua pembatasan. Sanksi tambahan diperkirakan akan semakin memangkas pasokan minyak Rusia ke pasar global, yang pada akhirnya dapat memperketat suplai dan mendorong harga lebih tinggi.
Selain faktor pasokan, fokus pasar juga tertuju pada pertemuan Federal Reserve (The Fed) pekan depan. Ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS dapat menurunkan biaya pinjaman konsumen, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan permintaan energi, termasuk minyak.