Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Kinerja bank-bank Singapura masih mencatatkan penurunan sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Laba DBS Group Holding Ltd, Oversea Chineses Banking Corp (OCBC), dan United Oversead Bank Ltd (UOB) turun sekitar 10% pada kuartal I-2022.
Penurunan terjadi karena pasar masih mengalami volatilitas dan adanya kekhawatiran berkelanjutan atas kenaikan inflasi dan gangguan rantai pasokan global.
Namun, perolehan laba DBS dan OCBC tercatat lebih baik dari proyeksi analis. Itu membuat saham keduanya pada pembukaan perdagangan Jumat (29/4), naik tinggi masing-masing 4,3% dan 3,7%. Lonjakan itu melampaui kenaikan Straits Times Index.
Sementara saham UOB turun 3,1% lantaran perolehan labanya di tiga bulan pertama itu meleset dari perkiraan analis.
Analis Bloomberg Intelligence Rena Kwok meyakini kualitas aset bank-bank Singapura masih akan tetap tangguh karena pembukaan kembali aktivitas ekonomi di wilayah regional semakin dipercepat.
Baca Juga: Temasek-Backed Oil Rig Builders Agree US$ 6.3 Billion Merger Amid Sector Downturn
“Hamparan provisi dari manajemen bank dapat mengimbangi kemungkinan tergelincir saat tekanan ekonomi makro lebih besar," kata Kwok dikutip Jumat (29/4).
Kontraksi kinerja kuartal I terjadi karena perbankan globla sedang bergulat melawan dampak yang diakibatkan perang Rusia-Ukraina dan pengetatan kebijakan moneter AS.
Pertumbuhan yang lebih lambat, inflasi yang lebih tinggi, dan gangguan rantai pasokan merupakan resiko utama yang harus diperhatikan di tengah ketidakpastian pandemi yang berkepanjangan, kata Chief Executive Officer DBS Piyush Gupta dalam pernyataan reminya pada hari Jumat.
“Perkembangan geopolitik dalam beberapa pekan terakhir telah menciptakan hambatan ekonomi makro dan volatilitas pasar keuangan,” kata Gupta.
Portofolio DBS tetap tangguh saat dilakukan stres stest terhadap berbagai sektor. Gupta bilang, pemerintah juga menyebutkan tidak ada sektor yang dalam perhatian khusus. Dampak penguncian atau lockdown di China juga tidak berdampak material terhadap bisnis bank ini.
CEO UOB Wee Ee Cheong mengatakan bahwa gangguan saat ini terhadap rantai pasokan global akan menopang pentingnya Asia Tenggara. UOB tetap optimis akan pemulihan dan potensi jangka panjang kawasan tersebut.
Baca Juga: Perlambat Depresiasi Yuan, PBOC Akan Pangkas Cadangan Devisa yang Harus Dimiliki Bank
Sementara DBS berharap dapat keuntungan signifikan dari kenaikan suku bunga di kuartal mendatang. OCBC dan UOB optimis tentang pembukaan kembali yang sedang berlangsung di sebagian besar Asia Tenggara, karena negara-negara berusaha untuk memulai ekonomi mereka keluar dari pandemi.
CEO OBCB Helen Wong mengatakan portofolio pinjaman bank secara keseluruhan tetap sehat. Kinerja OCBC di kuartal I didukung oleh tunjangan yang lebih rendah yang turun 73% dari tahun lalu,
“Pembukaan kembali ekonomi dan perbatasan secara bertahap di Asia Tenggara akan mendorong peningkatan lebih lanjut dalam kegiatan ekonomi dan kami terus memantau dengan cermat situasi pandemi yang berkembang di Tiongkok Raya,” kata Wong.