Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
SINGAPURA. Laba bersih Singapore Telecommunications Ltd. (SingTel) terpangkas 9,6% di kuartal terakhir 2011.
Operator telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara ini melaporkan, dalam tiga bulan yang berakhir Desember 2011, laba bersihnya menyusut menjadi S$ 902 juta (US$ 717 juta), dibanding periode yang sama tahun sebelumnya mencapai S$ 998 juta.
Angka tersebut meleset dari perkiraan analis yang memprediksi, perusahaan ini bakal meraih laba bersih S$ 951,5 juta. Terpangkasnya laba SingTel akibat tingginya biaya untuk mempertahankan pelanggan domestik. Ditambah lagi, merosotnya kinerja unit usahanya di India, yaitu Bharti Airtel Ltd.
Marjin laba bersih SingTel turun 1,3 poin menjadi 26%, karena beban penjualan dan administrasi di Singapura melonjak 22%. Perusahaan harus merogoh kocek lebih tinggi untuk biaya mempertahankan pelanggan, termasuk meraih pelanggan baru.
"Ketidakpuasan terbesar di sini adalah terjadinya perubahan dalam struktur biaya, dan penurunan marjin. Mereka cukup agresif dalam hal subsidi handset," kata Theo Maas, manajer investasi dari Arnhem Management Pty., di Sydney.
Kontribusi dari unit usahanya, seperti Bharti di India, PT Telekomunikasi Selular di Indonesia, dan Advanced Info Service Pcl. di Thailand, pun tergerus sebesar 7,9% menjadi S$ 449 juta di kuartal ketiga lalu.
Hal ini terjadi lantaran unit di India, Bharti mencatat penurunan laba sebesar 22% pada periode tersebut. Penyebabnya, pelanggan menahan penggunaan ponsel di tengah kenaikan tarif telepon, dan perusahaan mengeluarkan biaya lebih besar untuk perluasan layanan 3G.