Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kenaikan harga barang di tingkat produsen China berada di level tertinggi selama enam bulan terakhir. Penyebabnya, kenaikan harga komoditas dan ancaman perang dagang berpotensi menekan negara eksportir.
Data Biro Statistik Nasional menunjukkan, harga barang di konsumen naik karena harga makanan melejit. Tapi di saat sama, harga eceran di tingkat pedagang rendah.
Sejak pekan lalu, Amerika Serikat (AS) dan China memicu kekhawatiran karena berpotensi menekan arus investasi dan pertumbuhan global. Selain itu, kenaikan tarif impor atas produk pertanian AS berpotensi menaikkan harga pangan di China.
Menurut Biro Statistik Nasional, indeks harga produsen (PPI), ukuran profitabilitas industri, naik 4,7% pada Juni 2018. Kenaikan itu di atas kenaikan Mei 2018 yang sebesar 4,1%. Inflasi produsen China meningkat tiga bulan berturut-turut setelah berkurang akhir 2017 meskipun pertumbuhan bulanan turun jadi 0,3% pada Juni 2018.
Realisasi tersebut pun lebih tinggi dari proyeksi analis yang disurvei Reuters di 4,5%. Angka ini didukung pemulihan harga komoditas global.
Kenaikan harga juga didorong peningkatan produksi minyak dan gas, penambangan batubara, logam dan pengolahan bahan kimia dan sektor manufaktur.
Karena kenaikan harga minyak, China pada Senin (9/7) menaikkan harga bensin ritel ke level tertingginya sejak Desember 2016. Harga yang lebih tinggi telah membantu kenaikan pendapatan. Tetapi beberapa analis mengatakan, keuntungan industri tidak akan terlampau besar.
Efek kenaikan harga
"Berbeda dengan PPI tahun lalu yang rebound didorong harga minyak tapi kali ini kurang mendukung keuntungan perusahaan," proyeksi Julian Evans-Pritchard, Ekonom Senior China di Capital Economics. Lonjakan harga minyak dan baja menguntungkan produsen tetapi menaikkan biaya produsen lainnya.
Survei bisnis menunjukkan pabrikan China telah melaporkan pesanan ekspor menyusut seiring dengan perlambatan secara global. Data resmi pun menjelaskan, kenaikan tarif bisa berdampak pada sebagian besar konsumen China. Indeks harga konsumen (IHK) naik 1,9% pada Juni dari tahun sebelumnya.
Kenaikan ini disebabkan, indeks harga makanan naik 0,3% dari tahun sebelumnya, setelah naik 0,1% pada Mei. Harga non-makanan naik 2,2%, dibandingkan pertumbuhan sebulan sebelumnya.
Namun, para investor mengamati tanda-tanda kenaikan pada barang ritel Amerika yang terkena bea masuk China, mulai dari makanan hewan hingga kacang campuran dan wiski. Pembuat mobil Jerman BMW pada Jumat (6/7) mengatakan, harus menaikkan harga jual mobil buatan AS yang diimpor China. Tesla telah menaikkan harga pada model Model X dan S.