Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China naga-naganya sulit menemukan titik temu. AS bahkan mengancam akan menerapkan tarif impor lebih luas atas produk dari China dengan nilai mencapai US$ 200 miliar. Tak mau kalah gertak, China juga menyiapkan langkah balasan andai AS menerapkan kebijakan tersebut. Perang dagang ini juga menjadi sorotan utama media-media China. Mereka menyarankan China fokus ke ekonomi domestik.
Perang dagang yang dikobarkan Amerika Serikat (AS) mendapat sorotan tajam media-media China. Editorial sejumlah media China, Jumat (22/6) menyebutkan, China tidak boleh berhenti hanya perang kata-kata dengan AS. China harus melanjutkan rencananya maju ke jalur modernisasi.
Media-media China menyorot penyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan mengenakan tarif impor barang dari China dengan total nilai US$ 200 miliar. Jumlah ini lebih besar dari target sebelumnya US$ 50 miliar. Kementerian Perdagangan China menuduh AS berubah-ubah keputusan dalam negosiasi perdagangan bilateral dengan China.
Harian China Daily yang dikutip Reuters menuliskan, AS gagal memahami membangun bisnis dengan China. Bisnis yang dikembangkan tidak hanya untuk China tapi juga mendukung jutaan pekerjaan di AS. Pendekatan ini gagal dipahami oleh AS.
Surat kabar berbahasa Inggris ini mengutip penelitian Rhodium Group bahwa investasi China di AS menurun 92% menjadi US$ 1,8 miliar dalam lima bulan pertama tahun ini sebagai akibat kebijakan AS. Investasi ini terendah dalam tujuh tahun terakhir.
Investasi China yang menyusut cepat di AS mencerminkan kerusakan yang dilakukan terhadap hubungan perdagangan China-AS akibat kebijakan perdagangan Trump, tulis editorial China Daily yang berjudul "Gejala Proteksi Delusi Paranoid".
Faktanya, beberapa produsen dan pabrikan besar AS di bawah tekanan setelah sejumlah perusahaan mengkaji lagi rencana bisnisnya akibat ancaman perang dagang tersebut.
Misal, produsen otomotif Jerman, Daimler memangkas proyeksi laba 2018. Selain itu, BMW juga sedang melihat opsi strategis karena perang dagang.
Perang dagang China-AS akan mengganggu rantai pasokan untuk industri teknologi dan otomotif serta sektor lainnya.
Produksi Apple juga akan terdampak. Maklum, produk andalan Apple yakni iPhone dirakit di China oleh Foxconn. Chairman Foxconn Terry Gou mengatakan perang dagang AS-China adalah tantangan terbesar. "Apa yang mereka perjuangkan sebenarnya bukan perang dagang, ini adalah perang teknologi. Perang teknologi juga merupakan perang manufaktur," kata Gou.
Sementara Global Times, tabloid yang diterbitkan Partai Komunis China menuliskan, China sebaiknya menghindari persaingan geopolitik atau bentrokan strategis dengan AS. Sebab AS memiliki kendali atas China dalam teknologi, pertahanan dan pengaruh internasional.
Dengan kata lain, China harus fokus pada urusan domestik dan memastikan pertumbuhan ekonominya melebihi ekonomi Negeri Paman Sam dalam kuantitas maupun kualitas.