Sumber: Reuters | Editor: Dessy Rosalina
LONDON. Di saat perbankan Amerika Serikat (AS) mulai menapaki fase pemulihan, perbankan Eropa masih dibayangi awan kelabu. Lihat saja, Barclays Plc berencana menggelar rights issue atawa penerbitan saham baru. Bank terbesar ketiga di Inggris ini berniat meraup dana segar sebesar US$ 8,9 miliar atau £ 5,8 miliar dari hajatan rights issue. Ini adalah rights issue terbesar sejak krisis Eropa di tahun 2008 silam.
Nilai rights issue mencakup sekitar 15% dari kapitalisasi pasar Barclays saat ini. Barclays menawarkan saham baru seharga £ 185 pence per saham. Harga ini terdiskon 40% dari harga saham saat ini yang diperdagangkan di kisaran £ 286 pence.
Sejatinya, langkah Barclays ini untuk memenuhi aturan regulator. Selasa kemarin, Otoritas Regulasi Kebijakan Bank Sentral atawa Bank of England Prudential Regulation Authority (PRA) mengatakan, Barclays membutuhkan penambahan modal mencapai £ 12,8 miliar.
Penambahan modal ini lebih tinggi dibandingkan estimasi awal yang sekitar £ 7 miliar. Barclays wajib memenuhi modal tambahan ini untuk menghindari kolaps jika terjadi guncangan ekonomi di Eropa. PRA memberi tenggang waktu hingga setahun mendatang bagi Barclays agar mempertebal modalnya. Tidak lama pasca PRA merilis hasil kajian risiko, Barclays langsung merespons dengan niatan rights issue.
Terjerat banyak kasus
Selain potensi krisis finansial lanjutan, Barclays membutuhkan banyak dana untuk menebus kesalahan di masa lalu. Dalam laporan keuangan semester I kemarin, Barclays menyisihkan dana £ 650 juta sebagai kompensasi bagi nasabah produk suku bunga derivatif ilegal. Total, Barclays harus membayar kewajiban hingga £ 1,5 miliar.
Salah satu bank tertua di Inggris ini juga harus membayar tuntutan atas kasus produk asuransi ilegal senilai £ 1,35 miliar. Barclays juga terkena denda US$ 453 juta atas manipulasi kasus Libor. Nah, sejumlah kasus ini menggerus dana cadangan atawa provisi Barclays hingga £ 4 miliar. Dana cadangan Barclays berpotensi terus menyusut.
Barclays sedang menghadapi penyelidikan dari regulator AS dan Inggris terkait pengumpulan dana dengan Qatari Investors pada tahun 2008. CEO Barclays, Antony Jenkins, mengatakan rights issue menjadi bukti bahwa Barclays mampu merespons dengan cepat keinginan regulator. "Ini tentang kepastian. Apa yang kami lakukan ini mencoba meyakinkan soal permodalan dan mitigasi risiko Barclays," ujar Jenkins, Selasa (30/7).