kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menadah efek positif kenaikan konsumsi China


Sabtu, 17 Februari 2018 / 12:00 WIB
Menadah efek positif kenaikan konsumsi China


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus, Ramadhani Prihatini | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyeksi masih adanya tren perlambatan pertumbuhan ekonomi China tahun ini bakal mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia. Sebab China merupakan salah satu negara pasar ekspor terbesar Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ekspor nonmigas Indonesia ke China pada tahun 2017 mencapai US$ 21,32 miliar, naik 41% dibandingkan tahun 2016 yang sebesar US$ 15,11 miliar. Dari total ekspor non migas Indonesia tahun 2017, US$ 152,99 miliar, ekspor ke China berperan lebih dari 13,9%.

Inilah sebabnya China menduduki peringkat pertama nilai ekspor Indonesia sepanjang tahun 2017. Dari sisi impor, nilai impor China ke Indonesia pada tahun 2017 mencapai US$ 35,5 miliar, naik 15,7% dibandingkan tahun 2016 yang sebesar US$ 30,68 miliar. Dari data tersebut terlihat bahwa pada 2017, perdagangan non migas RI ke China mengalami defisit cukup tinggi US$ 14 miliar.

Neraca perdagangan yang defisit terus terjadi hingga Januari 2018. BPS mencatat pada bulan tersebut neraca perdagangan Indonesia secara total mengalami defisit US$ 670 juta. Hal ini disebabkan nilai impor yang lebih tinggi yakni US$ 15,13 miliar, dibandingkan dengan nilai ekspor sebesar US$ 14,46 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari 2018 adalah China. Impor dari China nilainya mencapai US$ 3,76 miliar atau berkontribusi 28,94% terhadap total impor nonmigas. Total Januari sampai Desember 2017, nilai impor nonmigas dari China sebesar US$ 35,5 miliar, kata Suhariyanto, Kamis (15/2).

Impor dari China Januari 2018 secara year on year naik 29%. Sementara, secara bulanan impor yang berasal dari China naik sebesar 0,79% dibandingkan Desember 2017. Pada Januari 2018, BPS juga mencatat, ekspor nonmigas Indonesia ke China mencapai sebesar US$ 1.919,5 juta. Volume ekspor ini turun dibandingkan Desember 2017 yang sebesar US$ 2.192 juta.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menilai, tingginya impor Januari sejalan dengan kenaikan investasi. Sebab, kenaikan impor didorong impor barang modal. "Memang ini menunjukkan akselerasi impor, terutama barang-barang terkait capital goods, raw material, kalau investasi naik memerlukan raw material, mesin-mesin perlengkapan," kata Mirza.

Menurutnya pertumbuhan impor menjadi signal perekonomian domestik mulai membaik selama 2017. "Ini menunjukkan recovery domestic economy terjadi," katanya.

Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean memprediksi pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini masih bisa tumbuh tinggi. Pasalnya data perdagangan China hingga Januari 2018 makin tumbuh tinggi. "Artinya konsumsi China sebenarnya terlihat menguat," ujar Adrian.

Dengan optimisme pertumbuhan konsumsi China yang tinggi tersebut, Indonesia diharapkan bisa memanfaatkan peluang untuk mendongkrak kinerja ekspor.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudistira Adhinegara juga berharap kinerja perekonomian China menguat tahun ini. Kondisi ini diharapkan bisa menjadi katalis positif perekonomian laju pertumbuhan Indonesia di 2018.

"Jadi kalau ekspor China naik, otomatis bahan baku dari Indonesia juga akan naik. Nah, jika ke depan arahnya China memang akan secara besar-besaran mengimpor kelapa sawit, batubara, mungkin sektor komoditas tersebut di Indonesia juga akan berefek positif," jelas Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×