Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah melemah pada awal perdagangan hari ini karena investor bersiap untuk pertemuan OPEC dan produsen utama lainnya pada pekan ini.
Senin (1/8) pukul 07.15 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2022 turun 0,6% menjadi US$ 103,34 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2022 koreksi 0,7% menjadi US$ 97,87 per barel. WTI sempat mencapai level terendah US$ 97,55 per barel ketika perdagangan dimulai di Asia.
Kedua kontrak minyak rebound lebih dari US$ 2 per barel pada hari Jumat (29/7) karena selera risiko meningkat di kalangan investor. Namun, baik Brent dan WTI mengakhiri bulan Juli 2022 dengan kerugian bulanan kedua berturut-turut, untuk kali pertama sejak 2020.
Tekanan bagi harga minyak di bulan lalu terjadi karena melonjaknya inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan kekhawatiran resesi yang akan mengikis permintaan bahan bakar.
Baca Juga: Gas Alam Jawara Komoditas Bulan Juli, Emas dan Batubara Masih Prospektif
Analis ANZ mengatakan, penjualan bahan bakar untuk pengemudi di Inggris turun, sementara permintaan bensin tetap di bawah rata-rata lima tahun untuk tahun ini. Mencerminkan hal ini, analis dalam jajak pendapat Reuters, mengurangi untuk pertama kalinya sejak April, perkiraan untuk rata-rata harga Brent 2022 menjadi US$ 105,75 per barel, dan US$ 101,28 per barel untuk WTI.
Sentimen lain yang bakal menggerakkan harga minyak di pekan ini adalah pertemuan OPEC+ yang akan digelar pada hari Rabu (3/8), untuk memutuskan produksi September.
Dua dari delapan sumber OPEC+ dalam survei Reuters mengatakan, kenaikan moderat untuk September akan dibahas pada pertemuan 3 Agustus, sementara sisanya mengatakan produksi kemungkinan akan tetap stabil.
Pertemuan itu terjadi setelah Presiden AS Joe Biden mengunjungi Arab Saudi bulan lalu.
"Sementara kunjungan Presiden Biden ke Arab Saudi tidak menghasilkan pengiriman minyak langsung, kami percaya bahwa Kerajaan akan membalas dengan terus meningkatkan produksi secara bertahap," kata analis RBC Capital Helima Croft dalam sebuah catatan.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Anjlok di Juli, Penurunan Bulan Kedua Secara Berturut-Turut
Awal Agustus melihat OPEC+ memiliki rekor pengurangan produksi yang sepenuhnya dibatalkan sejak pandemi COVID-19 terjadi pada tahun 2020.
Sekjen baru OPEC+ Haitham al-Ghais menegaskan, keanggotaan Rusia di OPEC+ sangat penting untuk keberhasilan perjanjian, kata surat kabar Kuwait Alrai yang dikutip Reuters.
Sementara itu, produksi minyak AS terus meningkat karena jumlah rig naik 11 pada bulan Juli, meningkat untuk rekor 23 bulan berturut-turut, data dari Baker Hughes menunjukkan.