kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengekor yield US Treasury, imbal hasil SUN capai level tertinggi 8,81%


Senin, 15 Oktober 2018 / 21:01 WIB
Mengekor yield US Treasury, imbal hasil SUN capai level tertinggi 8,81%
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Yield Surat Utang Negara (SUN) masih berada dalam tren kenaikan mengikuti laju pergerakan yield US Treasury. Di saat yang sama, tren pelemahan rupiah juga terus mendorong kenaikan yield SUN.

Mengutip Bloomberg, yield SUN seri acuan 10 tahun telah mencapai level tertingginya yaitu 8,81% pada perdagangan Senin (15/10). Padahal, akhir bulan lalu yield SUN masih berada di level 8,05%.

Bersamaan dengan itu, yield US Treasury juga dalam tren menanjak. Bahkan, 8 Oktober lalu yield US Treasury sempat menembus level 3,23% walau sudah kembali turun pada perdagangan hari ini di level 3,15%.

Eric Sutedja, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management mengatakan, naiknya yield Treasury disebabkan oleh membaiknya data-data ekonomi AS sehingga mendorong The Federal Reserves untuk terus melakukan kebijakan moneter berupa kenaikan suku bunga acuan.

Hasilnya, ketika yield US Treasury naik, maka yield SUN juga ikut mengalami kenaikan. Apalagi, US Treasury dijadikan tolak ukur bagi para investor secara global.

Namun, bukan itu saja faktor pendorong kenaikan yield SUN. Aksi jual investor asing di pasar obligasi domestik juga menyebabkan yield SUN bergerak naik, bahkan pergerakannnya menjadi lebih agresif ketimbang yield US Treasury.

Aksi jual oleh investor asing tak lepas dari tren pelemahan rupiah akibat ketidakpastian yang melanda perekonomian global. “Investor asing mengalami kerugian kurs sehingga melakukan penjualan yang membuat yield SUN bergerak naik,” ujar Eric, hari ini (15/10).

Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra menyampaikan, sebenarnya pada saat yield US Treasury mencapai level tertingginya di posisi 3,23%, pasar saham AS justru berguguran. Dari situ, para investor global memindahkan dananya dari saham dan berbondong-bondong membeli US Treasury. Akhirnya, perlahan yield US Treasury bergerak turun kembali. “US Treasury diuntungkan statusnya sebagai aset safe haven,” kata dia.

Sayangnya, investor global masih memandang bahwa SUN merupakan aset berisiko yang perlu dihindari ketika gejolak pasar terjadi. Belum lagi, gejolak pasar juga mempengaruhi nilai tukar rupiah. Hasilnya, ketika yield US Treasury berangsur turun, yield SUN masih bergerak naik akibat tekanan kurs.

Agresifnya pergerakan yield SUN membuat selisih atau spread dengan yield US Treasury kian melebar. Hari ini saja spread yield SUN dan US Treasury sudah mencapai 5,66% atau 566 bps.

Menurut Made, spread yield SUN saat ini sudah terlalu lebar untuk negara berpredikat peringkat utang investment grade. “Padahal, empat bulan pertama di tahun ini spread yield SUN dengan US Treasury masih berada di bawah 400 bps,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×