kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski efek tak signifikan, lonjakan harga minyak jadi angin segar bagi harga batubara


Senin, 16 September 2019 / 20:00 WIB
Meski efek tak signifikan, lonjakan harga minyak jadi angin segar bagi harga batubara
ILUSTRASI. Kapal tunda menarik tongkang bermuatan batubara


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara berpotensi kecipratan efek kenaikan harga minyak global. Namun, potensi tersebut cenderung terbatas mengingat fundamental harga batubara masih terbilang lemah.

Mengutip Bloomberg, Jumat (13/9) lalu, harga batubara global kontrak pengiriman bulan Oktober 2019 di ICE Futures naik 1,53% ke level US$ 69,25 per metrik ton. Adapun dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini naik 1,24%.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menilai, kenaikan harga batubara pekan lalu lebih disebabkan sentimen positif berupa meredanya isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kedua negara sepakat untuk mengadakan pertemuan dagang tingkat tinggi di awal bulan depan.

Tak menutup kemungkinan kenaikan harga batubara berlanjut dalam waktu dekat seiring serangan fasilitas minyak milik Saudi Aramco pada akhir pekan kemarin. 
“Secara umum, konflik tersebut akan berdampak positif bagi komoditas energi lain yang mengekor pada pergerakan harga minyak,” ujarnya, Senin (16/9).

Akan tetapi, Wahyu melihat kenaikan harga batubara belum tentu berlangsung lama. Secara fundamental, harga batubara sangat bergantung pada permintaan dari China yang notabene menjadi konsumen terbesar komoditas tersebut.

Semenjak perang dagang berlangsung, kondisi ekonomi China melambat sehingga menekan permintaan terhadap batubara.

Baca Juga: Tekanan Harga Batubara Masih Berlanjut, ITMG Menjaga Performa Lewat Efisiensi

Di sisi lain, China sebenarnya tidak bisa membiarkan harga batubara terus mengalami tren penurunan. Selain karena kebutuhan yang masih cukup tinggi, anjloknya harga batubara juga berdampak negatif bagi perusahaan-perusahaan tambang di China.

“Kapitalisasi pasar emiten tambang di China cukup besar, sehingga begitu harga batubara dalam tren bearish bisa mempengaruhi pasar keuangan di negara tersebut,” terang Wahyu.

Maka dari itu, ia melihat perkembangan perang dagang akan lebih memainkan peran penting terhadap pergerakan harga batubara. Adanya rencana negosiasi tingkat tinggi oleh AS dan China di bulan depan bukan jaminan bahwa konflik tersebut benar-benar akan berakhir. Kondisi seperti ini yang akan membatasi pergerakan harga batubara dalam beberapa waktu ke depan.

Wahyu memperkirakan, harga batubara akan bergerak dengan support di level US$ 68,60 per metrik ton dan resistance di level US$ 70,50 per metrik ton pada Selasa (17/9) besok. Sementara untuk sepekan ke depan harga batubara ditaksir berada di rentang US$ 65,00—US$ 75,00 per metrik ton.

Baca Juga: Simak strategi produsen batubara di tengah harga anjlok

Ia juga memprediksi, harga batubara berpeluang berada di kisaran US$ 60 per metrik ton pada akhir tahun nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×