Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - LONDON. OnlyFans Ltd , layanan streaming video yang digunakan oleh pekerja seks, telah membayar US$ 20 miliar setara dengan Rp 311 triliun kepada lebih dari 4 juta pembuat kontennya sejak didirikan pada delapan tahun lalu. Kesuksesan OnlyFans ini bukan tanpa kontroversi. Banyak kerugian yang dilaporkan karena perusahaan yang berkantor pusat di Inggris ini.
OnlyFans tidak menanggapi pertanyaan tentang kasus yang ditimbulkan akibat platform mereka. CEO OnlyFans Keily Blair hanya mengatakan, jika mereka membangun platform media digital teraman di dunia bagi para kreator untuk mengekspresikan diri paling autentik. "OnlyFans sebagai komunitas nyata tempat para kreator dan pelanggan yang memiliki percakapan yang lebih baik, ramah dan mendukung dibanding platform lain," kata Blair dikutip Reuters.
Perusahaan yang berkantor pusat di Inggris ini menjelaskan metode yang mereka gunakan untuk menarik banyak uang tidak dengan iklan atau melacak pelanggannya. Blair dikutip Bloomberg menjelaskan, perusahaan ini mengandalkan langganan, acara bayar-per-tayang alias pay per view dan tip untuk mendukung kreator.
Baca Juga: Dukung Marshel Widianto, Demokrat: Kita Kasih Kesempatan Orang Berbuat Baik
Blair mengatakan platform itu memungkinkan lebih dari 400 juta pelanggannya untuk memilih apa yang ingin mereka lihat. Ia mencatat bahwa lebih dari setengah pendapatan perusahaan berasal dari transaksi mikro, bukan langganan. "Pornografi gratis tersedia di internet. Namun pelanggan membayar di OnlyFans karena ingin terhubung dengan kreator," jelas dia. Bagi dia, ini merupakan keunggulan karena pelanggan bisa meminta konten secara spesifik.
Formula tersebut ternyata berhasil membuat kreator lebih kaya dan konsumen berdatangan. Nyatanya pada tahun lalu saja, OnlyFans memperoleh pendapatan sebesar US$ 1,3 miliar. Sementara para kreator papan atas memperoleh penghasilan jutaan dollar setahun. Only Fans bahkan telah mengiklankan kreator mereka dengan mengibarkan spanduk di pesawat yang terbang di atas pantai Florida dan Alabama.
Reuters menulis, OnlyFans dan para pendukungnya menggambarkan platform tersebut sebagai tempat yang aman dalam memberdayakan pekerjaan seks yang menguntungkan dan dapat diterima secara sosial. Perawat, guru, polisi, bahkan atlet Olimpiade telah mengunggah konten yang cabul untuk mendapatkan uang tambahan.
Padahal di luar itu, menurut laporan investigasi Reuters ada beberapa kerugian langsung yang menimbulkan pelecehan seksual anak dan pornografi tanpa persetujuan atau pornografi balas dendam yang diunggah di situs tersebut. Temuan tersebut diambil dari pengaduan polisi yang diperoleh dari lebih dari 250 lembaga penegak hukum terbesar di AS. Berkas tersebut juga mengungkap kerugian tambahan seperti keluarga yang hancur, reputasi terancam dan kondisi keuangan yang hancur.
Baca Juga: Inggris tuntut platform video lebih lindungi penggunanya