Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KUALA LUMPUR. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak saat ini tengah pusing tujuh keliling. Pasalnya, pasar finansial Malaysia -baik pasar saham maupun pasar mata uang- terbakar. Itu sebabnya, Najib memutuskan untuk mengekor langkah yang didilakukan oleh mentor yang saat ini juga menjadi musuhnya, mantan PM Mahathir Mohamad. Saat ini, untuk mengembalikan tingkat kepercayaan publik, Najib menyontek keahlian Mahathir dengan mematok (peg) nilai tukar ringgit.
Sekadar informasi, pada pekan ini, pasar finansial Asia memang terpukul cukup dalam. Termasuk ringgit Malaysia yang pelemahannya mencapai 18% di sepanjang tahun ini. Najib lantas membentuk tim ekonomi khusus, menyontek langkah Mahathir melalui kebijakan National Economic Action Council pada 1998 silam.
Anggota tim komite Najib meliputi pimpinan perusahaan dan mantan wakil Menteri Keuangan Nor Mohamed Yakcop. Yakcop merupakan orang yang membantu Mahatiir dalam mendesain pengontrolan modal Malaysia dan pematokan nilai mata uang.
Pada 1998, Nor dan Mahathir memiliki rencana saat krisis finanasial Asia yang akan mengarah pada pematokan nilai ringgit menjadi 3,8 terhadap dollar AS pada September 1998. Langkah itu cukup ampuh dalam meredam pelemahan ringgit yang sudah keok 31% dalam 12 bulan terakhir terhadap dollar AS.
Anggota tim lainnya adalah kakak Najib, Nazir Razak, pimpinan bank terbesar di Malaysia. Sebelumnya, dia memberikan kritik atas pemerintahan saat ini. Anggota tim lainnya meliputi Azman Mokhtar, managing director of state investment company Khazanah Nasional Bhd; serta CEO Malayan Banking Bhd Abdul Farid Alias.
Langkah ini menggarisbawahi kian meningkatnya tekanan terhadap Najib untuk mencega penurunan lebih dalam tingkat kepercayaan investor terhadap Malaysia. Apalagi, isu sjandal politil dan melorotnya harga komoditas dunia sudah menggerus kepercayaan.
"Apa yang membuat situasi saat ini mengkhawatirkan adalahh risiko penurunan tingkat kepercayaan. Pemerintah berupaya menelurkan sejumlah strategi untuk menahan laju penurunan, mengingat sejarah kebijakan finansial ortodox Malaysia, menjadi sentimen pemberat lainnya," papar Nicholas Spiro, managing director Spiro Sovereign Strategy di London.
Pada pukul 08.57 waktu Kuala Lumpur, ringgit menguat 0,4% menjadi 4,2358 per dollar AS.
Otot mata uang Negeri Jiran ini kian melemah akibat kecemasan mengenai pendanaan dari perusahaan investasi asing ke negara itu di tengah skandal politik yang kian memperburuk outlook perekonomian Malaysia. Business Times Singapura mengutip sumber anonim melaporkan, perusahaan investasi dari Abu Dhabi yakni International Petroleum Investment Co (IPIC) kemungkinan besar akan menarik rencananya untuk membantu restrukturisasi utang 1Malaysia Development Bhd senilai US$ 3,5 miliar. Meski demikian, 1MBD menegaskan bahwa hal tersebut masih dirundingkan.
Bahkan, pemangkasan tingkat suku bunga acuan China untuk kali kelima sejak November gagal mengangkat performa ringgit.
"Pelemahan ringgit kemungkinan dipicu oleh berita yang mengabarkan IPIC dari Abu Dhabi akan menarik bantuannya dari restrukturisasi utang 1MDB. Jika itu terjadi, 1MDB akan sulit menyelesaikan utangnya sehingga akan meningkatkan risiko investasi Malaysia," papar Nizam Idris, head of foreign exchange and fixed income strategy Macquarie Bank Ltd.