kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasca penembakan dubes Rusia, mata uang lira keok!


Selasa, 20 Desember 2016 / 08:19 WIB
Pasca penembakan dubes Rusia, mata uang lira keok!


Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

ANKARA. Mata uang Turki, lira, keok ke level terendahnya pada transaksi Senin (19/12) kemarin terhadap dollar AS. Pelemahan terjadi setelah duta besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov, tewas terbunuh karena ditembak di Ankara.

Sang penembak -yang merupakan salah satu anggota khusus departemen kepolisian Ankara- sempat meneriakkan sesuatu mengenai Aleppo, kota di Suriah di mana kelompok pemberontak berhasil dikalahkan oleh Rusia pada bulan ini.

Data CNBC menunjukkan, nilai tukar lira anjlok 0,6% menjadi 3,526 lira per dollar AS sesaat setelah kejadian.

Menurut Steve Hanke, director Troubled Currencies Project di Cato Institute, mata uang Turki sudah melemah hampir 20% terhadap dollar AS di sepanjang tahun ini. Jumlah pelemahan tersebut dinilai cukup besar untuk mendeklarasikan apa yang disebut krisis mata uang.

Guncangan politik dan aksi terorisme yang kerap terjadi di negara tersebut dalam beberapa bulan terakhir menyebabkan perekonomian Turki yang bernilai US$ 720 miliar terguncang.

Pada kuartal III 2016, ekonomi Turki mengerucut untuk kali pertama sejak 2009 sebesar 1,8%. Situasi itu memicu anjloknya investasi asing.

Pada awal bulan ini, President Tayyip Erdogan mengimbau kepada warga Turki untuk mengubah simpanan mereka dari mata uang asing ke dalam emas dan lira Turki.

Krisis mata uang Turki terjadi akibat sejumlah kejadian penting beberapa waktu terakhir. Beberapa di antaranya, voting parlemen Eropa untuk menunda pembicaraan Turki atas keanggotaan Uni Eropa, pemilu yang memenangkan Donald Trump, dan aksi tak biasa Erdogan.

Dalam tiga pekan terakhir, sang presiden mengancam akan memperbolehkan sekitar 3 juta migran untuk membanjiri Uni Eropa jika EU melakukan penundaan pembahasan mengenai keanggotaan Turki. Tak hanya itu, Erdogan juga melakukan aksi yang disebut Hanke "perang dengan bank sentralnya sendiri".

Erdogan menolak merespon secara normal pelemahan lira dan kenaikan suku bunga acuan. Sebaliknya, dia meminta warga Turki untuk membeli lira dan emas sehingga mengerek performa lira.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×