kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasti ada dampak plus-minus


Kamis, 11 Oktober 2018 / 14:29 WIB
Pasti ada dampak plus-minus


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Tri Adi

Meski masih akan dikaji kembali, namun rencana terkait kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sudah terlontar. Hal ini, tetap akan memiliki dampak, baik positif maupun negatif, bagi pasar dan masyarakat.

Seperti diketahui, pemerintah kemarin mengutarakan kenaikan harga premium, harga pertamax dan solar dex. Meski kemudian pemerintah menyatakan penundaan kenaikan harga khususu premium.

Tetapi intinya, apabila harga bahan bakar minyak bersubsidi naik, yaitu premium, maka inflasi juga akan terdorong naik. Besarnya tekanan kenaikan harga bahan bakar terhadap inflasi tentu akan tergantung pada besarnya persentase kenaikan harga atau magnitude dari kenaikan harga bahan bakar itu.

Hanya saja, secara year to date (ytd), inflasi di dalam negeri saat ini bisa dikatakan masih rendah. Sehingga meskipun kenaikan harga bahan bakar bersubsidi berpotensi mengerek tingkat inflasi, namun laju inflasi hingga akhir tahun ini akan tetap berada di rentang target yang sudah dicanangkan oleh Bank Indonesia.

Bagaimana pun kenaikan harga BBM subsidi tetap ada dampak negatifnya. Dampak yang paling mungkin terjadi yaitu pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan lebih melambat. Selain itu, bagi publik, akan berdampak terhadap daya konsumsi rumah tangga yang mungkin turun.

Tapi, sebenarnya, jika dilihat dari sisi positif, kenaikan harga bahan bakar bersubsidi yang direncanakan pemerintah bisa membantu mengurangi defisit transaksi berjalan alias current account defisit (CAD). Ini merupakan isu hangat saat ini, yang turut mempengaruhi pasar keuangan.

Selain membantu mengurangi CAD, kebijakan mennaikkan harga BBM subisidi akan berdampak secara langsung pada penurunan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebab, porsi untuk subsidi akan mengecil.

Selama ini, tingginya impor minyak menjadi penyebab utama defisit transaksi berjalan. Apalagi, kini harga minyak dunia dalam tren bullish.•

Erick Alexander Sugandhi
Ekonom ADB Institute

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×