Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street melanjutkan rebound untuk hari kedua setelah aksi jual tajam akibat invasi Rusia ke Ukraina. Tiga indeks utama bursa saham Amerika Serikat (AS) ini pun ditutup menguat dengan Dow Jones mencatat kenaikan persentase harian terbesar sejak November 2020.
Jumat (25/2), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melonjak 2,51% ke 34.058,75, indeks S&P 500 naik 2,24% menjadi 4.384,65 dan indeks Nasdaq Composite menguat 1,64% ke 13.694,62.
Namun, untuk pekan ini, Dow Jones masih terlihat melemah 0,1%. Sedangkan indeks S&P 500 sukses naik 0,8% dan Nasdaq menguat 1,1%.
Kebangkitan bursa saham dianggap beberapa ahli strategi terjadi karena penjualan yang sudah berlebihan terjadi di tengah pekan ini. Di awal pekan. indeks S&P 500 mengkonfirmasi telah koreksi lebih dari 10% dari rekor penutupan tertinggi yang dicetak pada 3 Januari silam.
"Ini benar-benar terasa lebih seperti kita benar-benar kehabisan sentimen dalam koreksi ini," kata Jim Paulsen, Chief Investment Strategist The Leuthold Group di Minneapolis.
Baca Juga: Indeks Dow, S&P 500 Naik Pasca Rusia Siap Mengadakan Pembicaraan dengan Ukraina
Dia menegaskan, selain itu invasi Rusia, fundamental ekonomi Amerika Serikat (AS) dan kesehatan perusahaan di Negeri Paman Sam sebenarnya tetap menguntungkan.
Pada perdagangan akhir pekan ini, harga minyak koreksi dan kembali ke bawah $100 per barel, meredakan beberapa kekhawatiran tentang biaya energi yang lebih tinggi.
Selain itu, semua 11 dari sektor utama pada indeks S&P 500 berakhir menguat di sesi itu. Dengan sektor perawatan kesehatan memberi indeks S&P 500 dorongan terbesarnya.
Invasi Rusia ke Ukraina pun masih berlangsung. Dengan rudal Rusia menghantam Kyiv dan membuat banyak keluarga yang harus berlindung mencari tempat penampungan pada hari Jumat, sehari setelah Rusia melancarkan invasi tiga cabang ke Ukraina dalam serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Investor juga menilai berita bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada mitranya dari China, Xi Jinping, dalam panggilan telepon bahwa Rusia bersedia mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dengan Ukraina, menurut kementerian luar negeri China.
Sementara itu, Negara Barat pada hari Kamis telah meluncurkan sanksi baru terhadap Rusia. Sementara Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, bahwa aliansi itu mengerahkan bagian dari pasukan respon siap tempur dan akan terus mengirim senjata ke Ukraina.
Baca Juga: Rusia Siap Kirim Delegasi Untuk Bernegosiasi, Wall Street Dibuka Menguat
"Secara umum, sanksi akan berdampak buruk," tetapi investor tampaknya lega karena Washington menolak gagasan untuk berperang dengan Rusia, kata Kristina Hooper, Chief Global Market Strategist di Invesco.
Dia menambahkan, volatilitas di pasar saham akan tetap tinggi dalam beberapa hari mendatang karena peristiwa di Ukraina mendikte pergerakan pasar, tetapi fokus itu pada akhirnya akan kembali ke sentimen Federal Reserve dan prospek suku bunga.
Beberapa ahli strategi mencatat bahwa sanksi yang diumumkan Kamis menargetkan bank-bank Rusia tetapi sebagian besar sektor energinya tidak tersentuh.
Pada perdagangan ini, saham Johnson & Johnson naik 5% setelah hakim AS memutuskan bahwa anak perusahaan pembuat obat itu dapat tetap bangkrut. Hal tersebut mencegah penggugat mengejar 38.000 tuntutan hukum terhadap perusahaan yang menuduh bedak bayi dan produk bedak lainnya menyebabkan kanker.