kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah ingin buat kesepakatan perdagangan bebas dengan Sri Lanka


Kamis, 25 Januari 2018 / 09:45 WIB
Pemerintah ingin buat kesepakatan perdagangan bebas dengan Sri Lanka


Reporter: Agus Triyono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo di kolombo, Sri Lanka menerima kunjungan Pemimpin Oposisi Parlemen Sri Lanka, Rajavarothiam Sampanthan. Dalam pertemuan tersebut, Jokowi ingin hubungan diplomatik yang telah terjalin antara Indonesia-Sri Lanka dipererat.

Peningkatan hubungan tersebut salah satunya dia minta dilakukan dalam bidang ekonomi. "Untuk penguatan tersebut, saya mendorong pembentukan Free Trade Agreement serta pembangunan kerjasama kapasitas," ungkap Jokowi dalam pernyataan yang dikeluarkan Bey Machmudin, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Rabu (24/1) malam.

Selain bidang ekonomi, Jokowi juga berharap, peningkatan kerjasama juga dilakukan oleh parlemen Indonesia-Sri Lanka. Jokowi menyatakan, Indonesia siap bertukar pengalaman dengan Sri Lanka dalam pembangunan bangsa.

Presiden Joko Widodo pekan ini melakukan kunjungan ke Asia Selatan. Setidaknya, ada lima negara; Sri Lanka, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan, dan India yang akan dikunjungi Jokowi.

Bey mengatakan, ada beberapa agenda yang akan dilakukan Jokowi dalam kunjungan tersebut. "Di India, Presiden akan menghadiri KTT Asean- India dan peringatan 25 tahun kemitraan Asean- India," katanya.

Di India, Jokowi kata Bey juga akan membahas rencana kerjasama maritim, ekonomi dan keamanan kawasan serta internasional.

Archandra Tahar, Wakil Menteri ESDM sebelumnya mengatakan, dalam kunjungan Jokowi ke Asia Selatan pemerintah juga akan menandatangani kesepakatan jual beli gas dengan Pakistan dan Bangladesh. Jual beli akan dilakukan oleh Pertamina dan pihak Pakistan dan Bangladesh. "Jual beli untuk 10 tahun, nilainya US$ 6 miliar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×