kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Perusahaan Jepang Kian Gencar Ekspansi ke Luar Negeri


Selasa, 26 Agustus 2008 / 18:31 WIB


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

TOKYO. Perusahaan Jepang makin gencar mengakuisisi perusahaan di luar negeri. Mereka menggunakan dana tunai mereka yang berlimpah untuk membidik aset-aset yang harganya tergerus hebat akibat krisis kredit dan perlambatan ekonomi.

Menurut data Bloomberg, kini, nilai pembelian perusahaan asing oleh perusahaan Jepang itu telah mencapai US$ 48,6 miliar, naik 91% dari posisi akhir 2007. Ini merupakan angka tertinggi di antara 10 negara-negara yang memiliki pasar modal terbesar di dunia.

Perusahaan-perusahaan Jepang memiliki uang tunai hingga 11% dari total aset mereka. Likuiditas itu adalah yang terbesar kedua di antara 10 negara dengan pasar modal terbesar. Tentu, likuiditas China tetap yang terbesar.

Ironisnya, di Amerika Serikat dan Inggris, para perusahaan justru kesulitan mencari kredit akibat efek domino kasus subprime. Alhasil, nilai akuisisi oleh perusahaan AS merosot 67% dari akhir 2007. Sedangkan di Inggris, nilai akuisisi turun 66%.

Paul Sheehan, Chief Executive Officer Thaddeus Capital Management, di Hong Kong, menilai bahwa perusahaan Jepang memakai berbagai akuisisi itu lebih untuk meningkatkan ukuran bisnis perusahaan daripada untuk mempertebal dompet para pemegang saham.

Peluang Bagi Perusahaan Farmasi dan Makanan

Tingginya nilai akuisisi ini mengingatkan orang pada kejadian serupa tahun 1980-an. Waktu itu, perusahaan Jepang gencar membeli aset asing seperti Rockefeller Center dan Pebble Beach Golf Link di AS.

Dalam kedua transaksi itu, Mitsubishi Estate Co. dan Minoru Isotani akhirnya rugi besar. Sebab, nilai investasi itu terus menyusut jika dibandingkan harga beli mereka.

Namun, menurut Seiichiro Iwasawa, Kepala Strategi Nomura Securities Tokyo, kejadian itu telah memberi pelajaran bagi perusahaan-perusahaan Jepang. "Kini, mereka sangat hati-hati untuk melakukan transaksi dan nilainya pasti masih masuk akal," ujarnya.

Menurutnya, perusahaan farmasi memiliki peluang melakukan akuisisi karena memiliki uang tunai di atas rata-rata. Produsen makanan juga bisa mengambil alih perusahaan asing untuk ekspansi lantaran pasar domestik Jepang kian mengecil.

Sejumlah transaksi akuisisi memang terjadi di kedua sektor itu. Takeda Pharmaceutical Co., pembuat obat terbesar di Jepang, telah membeli Millenium Pharmaceutical, produsen obat kanker di AS senilai US$ 8,8 miliar April lalu. Sedangkan perusahaan minuman dan susu terbesar Jepang, Kirin Holdings Inc, setuju membeli Australia Dairy Farmer senilai US$ 580 juta, kemarin. Di luar itu, TDK berencana mengakuisisi perusahaan Jerman Epcos AG senilai US$ 1,87 miliar. Epcos merupakan pembuat komponen Nokia OYJ.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×