Reporter: Mona Tobing | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Sadar mobil listrik sebagai kendaraan masa depan, produsen otomotif asal Eropa gencar berinvestasi menyempurnakan produk mobil listrik. Terbaru, Volkswagen (VW) mengumumkan investasi 20 miliar atau setara US$ 24 miliar untuk memproduksi baterai dan teknologi mobil listrik.
Investasi Volkswagen naik berlipat dari anggaran tahun sebelumnya yang sebesar 10 miliar. Investasi yang besar ini karena perusahaan itu berambisi memproduksi jumlah kendaraan tanpa emisi lebih banyak dari Tesla.
Raksasa otomotif asal Jerman ini menargetkan akan meluncurkan 80 merek mobil listriknya pada 2025. Jumlah tersebut naik dari target sebelumnya sebanyak 30 merek kendaraan. Sehingga tahun 2030 raksasa otomotif asal Jerman ini akan memiliki 300 model mobil listrik.
Sempat terganjal kasus uji emisi diesel di Amerika Serikat (AS), membuat VW terbilang lamban mengembangkan lini produksi mobil listrik dengan dan teknologi penggerak sendiri. Tidak ingin tertinggal, perusahaan ini kemudian mempercepat pengembangan alternatif zero emission.
Chief Executive Matthias Mueller bertekad akan membuat perusahaannya harus tetap terdepan di bisnis otomotif. "Kami bukan pengikut. Karenanya, kami sedang berencana untuk mengembangkan e-mobility," ujar Mueller dikutip Reuters pada saat perusahaan meluncurkan "Peta Jalan E" terkait strategi mobil listrik Volkswagen.
Demi menarik konsumen untuk membeli mobil listriknya, VW akan mematok harga lebih murah. Model VW I.D. akan bersaing dengan produk Tesla, yakni sedan Mode 3 seharga US$ 35.000.
Pesaing VW, Daimler juga mengumumkan memulai untuk menawarkan motor listrik atas semua modelnya tahun 2022. Begitu pula dengan BMW yang sedang mempersiapkan pabriknya untuk memproduksi kendaraan listrik massal pada tahun 2020. BMW mempersiapkan 12 model bertenaga baterai murni pada tahun 2025.
Analis mengingatkan bahwa migrasi perusahaan otomotif ke kendaraan listrik harus dibarengi dengan ketersediaan baterai sebagai tenaga mobil listrik. Selain itu, produsen mobil harus menghitung kebutuhan biaya ekstra yang harus dikeluarkan. Sebab, dengan beralih ke mobil listrik, margin perusahaan otomotif bisa lebih rendah.