Sumber: AP News | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - MOSCOW. Pada Senin, Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan dekrit yang memerintahkan peningkatan jumlah pasukan militer Rusia sebanyak 180.000 personel, menjadikan totalnya 1,5 juta.
Langkah ini diambil sebagai respons atas aksi militer yang telah berlangsung lebih dari 2,5 tahun di Ukraina, yang terus berlanjut dengan intensitas tinggi.
Peningkatan Jumlah Personel Militer Rusia
Berdasarkan dekrit yang diterbitkan di situs resmi pemerintah, kebijakan tersebut akan mulai berlaku pada 1 Desember. Putin menetapkan bahwa total personel militer Rusia akan mendekati angka 2,4 juta, termasuk 1,5 juta pasukan aktif. Pemerintah Rusia juga diperintahkan untuk menyediakan pendanaan yang diperlukan guna mendukung peningkatan ini.
Langkah ini bukan yang pertama. Pada Desember tahun lalu, Putin juga telah mengeluarkan dekrit untuk meningkatkan jumlah personel militer Rusia menjadi sekitar 2,2 juta, termasuk 1,32 juta pasukan. Keputusan terbaru ini mencerminkan upaya berkelanjutan Kremlin untuk memperkuat kekuatan militer, khususnya di tengah konflik yang masih berlangsung di Ukraina.
Baca Juga: Meta Cekal Berbagai Media Rusia Termasuk Russia Today, Apa Sebabnya?
Kondisi Perang di Ukraina
Pasukan Rusia yang paling berpengalaman saat ini sedang melancarkan serangan di Ukraina timur, di mana mereka telah membuat kemajuan bertahap selama beberapa bulan terakhir.
Namun, meskipun ada upaya berkelanjutan untuk menguasai wilayah strategis, Rusia menghadapi tantangan besar dalam menjaga momentum militer mereka, khususnya dengan adanya kekurangan personel.
Pada Juni lalu, Putin mengungkapkan bahwa jumlah pasukan yang terlibat dalam operasi militer yang disebut sebagai “operasi militer khusus” di Ukraina hampir mencapai 700.000 personel.
Sebelumnya, pada musim gugur 2022, ketika Ukraina melancarkan serangan balik, otoritas Rusia memobilisasi 300.000 personel cadangan. Namun, belakangan ini, Kremlin beralih untuk merekrut pasukan sukarelawan yang tertarik oleh upah tinggi.
Tantangan Internal: Kekhawatiran Destabilisasi Domestik
Meskipun upaya untuk memperkuat pasukan terus dilakukan, pihak berwenang Rusia tampak enggan untuk kembali memobilisasi cadangan secara besar-besaran. Hal ini dikarenakan adanya ketakutan akan destabilisasi domestik, seperti yang terjadi pada tahun 2022 ketika ratusan ribu warga Rusia melarikan diri untuk menghindari wajib militer.
Kekhawatiran ini semakin memperumit upaya Kremlin untuk mempertahankan kestabilan internal sembari terus meningkatkan kekuatan militernya.
Baca Juga: Putin Titahkan Angkatan Darat Rusia jadi yang Terbesar Kedua Dunia setelah China
Kekurangan personel militer juga dianggap sebagai salah satu faktor utama yang menyebabkan keberhasilan serangan balasan Ukraina di wilayah Kursk Rusia yang dimulai pada 6 Agustus.
Upaya Ukraina untuk melakukan serangan balik di wilayah Rusia ini telah memaksa Kremlin menghindari pemindahan pasukan dari Ukraina timur dan lebih mengandalkan bala bantuan dari daerah lain untuk menghadapi serangan Ukraina tersebut.
Penegasan Posisi Rusia di Wilayah Kursk
Pada hari yang sama ketika dekrit Putin diumumkan, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa mereka telah berhasil merebut kembali kendali atas dua desa di wilayah Kursk yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan Ukraina.
Meskipun Kremlin berhasil menghalau serangan ini, tantangan ke depan masih besar, terutama mengingat serangan balasan Ukraina yang semakin gencar di beberapa wilayah strategis.